Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Gempa Banten Guncang Jakarta| Rumah Menteri Susi Dilempari Batu

Kompas.com - 03/08/2019, 06:03 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 7.4 mengguncang Jakarta dan sekitarnya, Jumat (2/8/2019) sekitar pukul 19.03 WIB.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di akun Twitter miliknya mencatat, gempa berpusat di 7.54 LS,104.58 BT, 147 km barat daya Sumur, Banten. Pusat di kedalaman 10 km. Gempa berpotensi tsunami.

Berita tentang gempa Banten tersebut mendapat perhatian banyak pembaca.

Sementara itu di Pangandaran, kaca pos satpam PT ASI Pudjiastuti Aviation Pangandaran yang juga kediaman Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti di Jalan Merdeka, Pangandaran, dilempari batu oleh orang tak dikenal, Jumat (2/8/2019) dini hari.

Berikut 5 populer nusantara:

1. Cuitan yang dinilai serang Wali Kota Risma

Cuitan Marco Kusumawijaya anggota TGUPP DKI Jakarta yang dinilai Pemkot Surabaya telah menyerang pribadi Wali Kota Surabaya Tri RismahariniKOMPAS.com/GHINAN SALMAN Cuitan Marco Kusumawijaya anggota TGUPP DKI Jakarta yang dinilai Pemkot Surabaya telah menyerang pribadi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Cuitan anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan ( TGUPP) DKI Jakarta, Marco Kusumawijaya, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya geram.

Alasannya, cuitan di media sosial Twitter tersebut ikut menyeret nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma.

Nampaknya, cuitan Marco Kusumawijaya dilatarbelakangi oleh kunjungan kerja DPRD DKI Jakarta yang ingin belajar mengelola permasalahan sampah di Jakarta.

Di akhir cuitannya, ahli tata kota itu juga menyinggung soal anak Risma, Fuad Bernardi, yang pernah diperiksa polisi sebagai saksi kasus amblesnya Jalan Raya Gubeng.

Baca juga: Dinilai Serang Risma, Pemkot Surabaya Geram dengan Twit TGUPP Anies Baswedan

 

2. Rumah Menteri Susi di Pangandaran dilempar batu

Kaca pos satpam di kediaman Menteri Susi di Pangandaran pecah setelah dirusak orang tak dikenal, Jumat (2/8/2019).Candra Nugraha Kaca pos satpam di kediaman Menteri Susi di Pangandaran pecah setelah dirusak orang tak dikenal, Jumat (2/8/2019).
Kaca pos satpam PT ASI Pudjiastuti Aviation Pangandaran yang juga kediaman Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti di Jalan Merdeka, Pangandaran, dilempari batu oleh orang tak dikenal, Jumat (2/8/2019) dini hari.

Pantauan di lokasi, tampak kaca pos satpam yang berada di kompleks rumah Susi pecah. Pos juga telah dipasangi garis polisi.

Salah seorang petugas keamanan PT ASI Pudjiastuti Aviation, Hendrawan, mengatakan, perusakan kaca pos satpam terjadi pada pukul 00.50 WIB.

Saat itu, dia sedang berada di ruang resepsionis perusahaan. Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari arah depan.

"Saya lagi ngecas handphone di ruang resepsionis. Kebetulan ruang pos satpam (yang dirusak) sedang diperbaiki," kata Hendrawan saat ditemui di lokasi kejadian, Jumat.

Dia dan rekannya lalu bergegas untuk mengecek asal sumber suara. Ternyata suara pecahan kaca tersebut berasal dari pos satpam.

Dia berusaha mencari pelaku ke jalan raya di depan kediaman Susi.

Baca juga: Rumah Menteri Susi di Pangandaran Dilempari Batu, Kaca Jendela Pecah

 

3. Gempa guncang Jakarta

Warga di pesisir Kabupaten Lebak dan Pandeglang mengungsi pasca gempa Magnitudo 7,4 mengguncang, Jumat (2/8/2019).Acep Nazmudin Warga di pesisir Kabupaten Lebak dan Pandeglang mengungsi pasca gempa Magnitudo 7,4 mengguncang, Jumat (2/8/2019).
Gempa bermagnitudo 7.4 mengguncang Jakarta dan sekitarnya, Jumat (2/8/2019) sekitar pukul 19.03 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di akun Twitter miliknya mencatat, gempa berpusat di 7.54 LS,104.58 BT, 147 km barat daya Sumur, Banten. Pusat di kedalaman 10 km. Gempa berpotensi tsunami.

Gempa juga dirasakan di Lampung, Gunungkidul, hingga Malang Jawa Timur.

Sementara itu warga pesisir di beberapa daerah seperti Lebak mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Baca juga: Gempa Guncang Jakarta Bermagnitudo 7,4, Berpusat di Banten dan Berpotensi Tsunami

 

4. Persidangan Prada DP mutilasi kekasihnya

Prada DP menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan keterangan saksi dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019).KOMPAS.com/AJI YK PUTRA Prada DP menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan keterangan saksi dalam persidangan yang berlangsung di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019).
Fakta kekejaman Prada DP yang tega membunuh dan memutilasi kekasihnya Fera Oktaria (21) terungkap dalam sidang perdana yang digelar di Pengadilan Militer I-04 Palembang, Kamis (1/8/2019).

Dalam sidang dengan agenda Dakwaan tersebut, Oditur menyebutkan secara detail kronologi pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Prada DP terhadap pacarnya itu.

Prada DP diketahui membunuh Fera dilatarbelakangi asmara. Ia menduga bahwa ada pria lain yang saat ini sedang mendekati korban. Kecurigaan itu membuatnya kabur dari lokasi pendidikan kejuruan Infantri di Baturaja, pada 3 Mei 2019 lalu.

Baca juga: Kasus Prada DP Mutilasi Kekasihnya, Menangis Saat Sidang hingga Makan Jeruk Sambil Merokok di Samping Jenazah

 

5. TKW Carmi, 31 tahun hilang di Arab Saudi

Ilyas (85) dan Warniah (75), menangisi Carmi, putri pertamanya yang menjadi TKW dan juga belum kunjung pulang kampung setelah 31 tahun menjadi buruh migran. Keduanya serta sanak keluarga memohon pada pemerintah membantu dan memulangkan Carmi.MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Ilyas (85) dan Warniah (75), menangisi Carmi, putri pertamanya yang menjadi TKW dan juga belum kunjung pulang kampung setelah 31 tahun menjadi buruh migran. Keduanya serta sanak keluarga memohon pada pemerintah membantu dan memulangkan Carmi.
Carmi, buruh migran asal Desa Bandengan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat sudah 31 tahun tidak juga kunjung pulang ke tanah air.

Bahkan, komunikasi dengan kedua orangtuanya sudah lama terputus. Hal itu yang membuat kedua orang tuanya, Ilyas (85) dan Warniah (75), tak pernah merasa tenang.

Sejak keberangkatan Carmi di tahun 1988 hingga 2019, atau selama 31 tahun, keduanya tak dapat melihat satu pun wajah Carmi, baik di dalam selembar foto melalui surat, apalagi wajah dalam panggilan video.

Mereka tidak mengetahui bagaimana perkembangan kondisi fisik Carmi.

Ilyas menunjukan secarik ijazah kelulusan SD Carmi kepada Kompas.com.Ilyas bercerita, dia masih ingat, putri pertama dari sepuluh bersaudara itu berangkat menjadi buruh migran ke Arab Saudi satu tahun setelah Carmi lulus SD di tahun 1987.

Saat itu, Carmi masih berusia 17 tahun. Namun usia Carmi dituakan dari kelahiran 1971 menjadi 1958 atau 13 tahun lebih tua.

Baca juga: Kisah TKW Carmi, 31 Tahun Hilang di Arab Saudi, Tak Pulang dan Tak Ada Kabar

Sumber KOMPAS.com (Ghinan Salman, Candra Nugraha, Caroline Damanik, Aji YK Putra, Muhamad Syahri Romdhon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com