TERNATE, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, masih trauma pasca-gempa magnitudo 7 yang diikuti gempa susulan.
Trauma yang dirasakan masyarakat pun sebagian besar masih membekas hingga membuat ribuan warga yang terkena dampak gempa masih bertahan di beberapa titik pengungsian.
Selain aktifitas sekolah yang belum berjalan normal, nelayan di beberapa desa pun masih trauma melaut.
"Sudah sekitar satu minggu ini, sejak gempa, (nelayan) belum melaut karena takut gempa," kata Usman, salah nelayan di Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Rabu (24/07/2019).
Baca juga: Usai Digoyang Gempa, Rumah di Halmahera Selatan Terendam Banjir
Seluruh nelayan yang punya kapal Pajeko di Desa Saketa sejauh ini belum berani melaut, sampai menunggu betul-betul tidak ada lagi gempa susulan.
"Pajeko itu sudah hampir seminggu ini ada di situ, tunggu sampai tidak ada gempa," kata Usman lagi.
Tidak adanya nelayan yang melaut, membuat harga ikan di Saketa melambung tiga kali lipat.
Kondisi ini sangat dirasakan masyarakat karena sudah terbiasa dengan harga ikan murah.
"Sebelum gempa, ikan harga Rp 10.000 per kantong plastik berisi sekitar 25 sampai Rp 30 ekor, tapi sekarang harga Rp 10.000 itu cuma dapat 4 sampai 8 ekor," kata Irma, warga Saketa.
Baca juga: Trauma, Warga Halmahera Selatan Siang di Rumah, Malam Kembali ke Pengungsian
Warga berharap kondisi ini secepatnya bisa normal sehingga harga ikan kembali normal.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan