Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu di Balik Pemasungan ODGJ, Jadi Aib Keluarga hingga Tak Punya Biaya

Kompas.com - 10/07/2019, 08:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Nasib malang menimpa Saharuddin (26), warga Desa Tenggelang, Kecamatan Luyo, Polewali Mandar.

Selama 10 tahun atau sejak dirinya mengalami gangguan jiwa, Saharuddin hidup dalam pasungan karena dianggap membahayakan keselamatan warga desa.

Sementara itu, nasib serupa juga dialami oleh sekitar 45 orang dengan gangguan jiwa yang tersebar ada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)-Jawa Tengah.

Dari jumlah tersebut, tercatat ada 24 orang di Wonogiri, Jawa Tengah dan 21 orang di Gunungkidul, DIY.

Petugas mengaku mengalami kendala untuk mengevakuasi para warga yang dipasung tersebut. Salah satunya, anggapan masyarakat tentang ODGJ yang merupakan aib bagi keluarga.

Berikut ini fakta di balik derita para ODGJ yang terpasung di sejumlah daerah:

1. Khawatir akan menyerang warga desa

IlustrasiWWW.PEXELS.COM Ilustrasi

Anak bungsu dari pasangan Haji Sannang dan Nur Rusiah ini, harus menjalani hidup dengan kondisi memprihatinkan.

Tangan dan kakinya dibelenggu dengan rantai besi dan gembok hingga ia tak bisa leluasa bergerak.

Pihak keluarga mengaku terpaksa memasung anaknya di sebuah gubuk kecil yang dibangun di samping rumahnya lantaran khawatir anaknya bisa membahayakan keselamatan orang lain di sekitarnya.

Saharuddin diketahui kerap berteriak-teriak pada malam hari hingga mengganggu sanak tetangga.

“Terpaksa kami rantai karena takut, jangan sampai dia mengganggu atau dipukul orang jika dibiarkan berkeliaran bebas karena kondisinya yang tidak sehat,“ kata sang ibu Nur Rusiah, kepada wartawan, Rabu, (6/3/19).

Baca juga: Kerap Berteriak Saat Malam Hari, Pemuda Ini Dipasung Selama 10 Tahun

2. Alasan biaya rumah sakit jiwa mahal

Kaki dan tangan pemuda bernama Saharuddin dibelenggu gembok dan rantai besi selama 10 tahun karena tak mampu berobat untuk masalah kejiwaannya. KOMPAS.com/JUNAEDI Kaki dan tangan pemuda bernama Saharuddin dibelenggu gembok dan rantai besi selama 10 tahun karena tak mampu berobat untuk masalah kejiwaannya.
Menurut Nur Rusiah, Saharuddin pernah dibawah ke Makassar untuk berobat. Ia sempat sembuh beberapa saat sebelum akhirnya kembali mengalami gangguan kejiawaan.

Pihak keluarga mengaku tak mau lagi membawa anaknya ke rumah sakit jiwa lantaran tidak punya biaya.

Saat proses menjalani perawatan, Saharuddin juga pernah kabur dari rumah sakit.

Pihak keluarga juga sempat membawa Saharuddin ke tempat "orang pintar" agar sembuh.

“Kami sudah lakukan berbagai macam cara agar Saharuddin bisa sembuh, bahkan sudah 44 orang pintar yang kami mintai pertolongan, tetapi hasilnya masih sama,” jelas Nur Rasiah

Baca juga: Dipastikan Alami Gangguan Jiwa, Wanita yang Bawa Anjing ke Masjid Kini Berstatus Tahanan

3. Akibat perceraian dan patah hati hingga tekanan ekonomi

Ilustrasi Ilustrasi

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dr. Adhi Dharma kepada Kompas.com, Selasa ( 9/7/2019), ada 24 ODGJ yang saat ini masih dipasung oleh keluarganya.

Banyak alasan yang membuat warga memilih memasung keluarganya yang mengalami gangguan jiwa ketimbang dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Sementara itu, menurut Adhi, penyebab warga mengalami ODGJ, Adhi menyatakan, ada karena faktor keturunan hingga permasalahan sosial.

"Permasalahan sosial itu mulai dari perceraian, patah hati hingga putus cinta juga ada kasusnya. Selain itu masalah ekonomi," jelas Adhi.

Baca juga: 24 ODGJ Dipasung di Wonogiri, Penyebabnya Cerai hingga Putus Cinta

4. Kendala petugas evakuasi ODGJ

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Seksi Bina Rehabilitasi Sosial Dinsos Gunungkidul Winarto menyampaikan, untuk penanganan ODGJ tidak mudah.

Salah satu kendala yang sering ditemui adalah proses evakuasi penderita ke rumah sakit harus mengantre.

Lalu, dukungan pro aktif dari pihak keluarga untuk kesembuhan pasien masih minim, dan menganggap sebagai aib keluarga.

Akibatnya, para penderita OGDJ ini ada yang dilarang keluar, bahkan dirantai atau dipasung.

"Sulit rasanya untuk memastikan sudah tidak ada lagi kasus ODGJ dipasung di Gunungkidul. Dikunci dalam kamar, diikat dengan rantai itu juga masuk kategori pasung," kata Winarto, saat dihubungi wartawan, Senin (8/7/2019).

Sementara itu, hingga saat ini tercatat sebanyak 21 orang yang dipasung dan tidak diberikan pengobatan yang baik di Gunungkidul, tersebar di Kecamatan Panggang, Playen, Nglipar, Saptosari, Rongkop, Karangmojo, Patuk dan Kecamatan Wonosari.

Baca juga: 21 ODGJ di Gunungkidul Hidup dengan Dipasung

5. Gerakan bebas pasung di Wonogiri

Ilustrasi depresiKatarzynaBialasiewicz Ilustrasi depresi

Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah mencanangkan Gerakan Bebas Pasung pada tahun 2015. Saat itu, Wonogiri menduduki peringkat pertama dalam kasus pemasungan warga.

Gerakan tersebut menurut Adhi, telah membuat jumlah warga yang terpasung menurun drastis.

"Tahun 2018, hasil evaluasi masih 48 ODGJ yang masih dipasung. Enam bulan terakhir di tahun 2019, kini tinggal 24 ODGJ masih dipasung. Ada beberapa sebab warga masih memilih memasung keluarganya yang mengalami ODGJ," kata Adhi.

Baca juga: Terbakar, Kuburan Kereta Bekas di Stasiun Purwakarta

6. Bangsal khusus ODGJ di RSUD Wonogiri

Ilustrasi rumah sakitSHUTTERSTOCK Ilustrasi rumah sakit
Sementara itu, Adhi juga mengakui, banyak kendala untuk melakukan gerakan jemput bola atau mendatangi langsung ke lokasi pemasungan.

"Hanya permasalahannya, ada keluarga yang tidak mau dan sebaliknya. Keluarga berpikir kalau dilepas siapa yang mau tanggung jawab. Kalau dititipkan di RSJ mereka juga mikir. Makanya perlu pendekatan khusus," kata Adhi.

Namun demikian, untuk mendukung progam itu, Selain itu RSUD Wonogiri memiliki bangsal khusus ODGJ.

Setelah pulang ke rumah, pengobatan dilanjutkan dari puskesmas. Bahkan pihak puskesmas melakukan kunjungan ke rumah untuk mengecek kondisi ODGJ dan pengobatannya.

Baca juga: Alami Gangguan Jiwa dan Dipasung 14 Tahun, Eduardus Akhirnya Sembuh

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alawi, Markus Yuwono, Junaedi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com