Salin Artikel

Cerita Pilu di Balik Pemasungan ODGJ, Jadi Aib Keluarga hingga Tak Punya Biaya

KOMPAS.com - Nasib malang menimpa Saharuddin (26), warga Desa Tenggelang, Kecamatan Luyo, Polewali Mandar.

Selama 10 tahun atau sejak dirinya mengalami gangguan jiwa, Saharuddin hidup dalam pasungan karena dianggap membahayakan keselamatan warga desa.

Sementara itu, nasib serupa juga dialami oleh sekitar 45 orang dengan gangguan jiwa yang tersebar ada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)-Jawa Tengah.

Dari jumlah tersebut, tercatat ada 24 orang di Wonogiri, Jawa Tengah dan 21 orang di Gunungkidul, DIY.

Petugas mengaku mengalami kendala untuk mengevakuasi para warga yang dipasung tersebut. Salah satunya, anggapan masyarakat tentang ODGJ yang merupakan aib bagi keluarga.

Berikut ini fakta di balik derita para ODGJ yang terpasung di sejumlah daerah:

Anak bungsu dari pasangan Haji Sannang dan Nur Rusiah ini, harus menjalani hidup dengan kondisi memprihatinkan.

Tangan dan kakinya dibelenggu dengan rantai besi dan gembok hingga ia tak bisa leluasa bergerak.

Pihak keluarga mengaku terpaksa memasung anaknya di sebuah gubuk kecil yang dibangun di samping rumahnya lantaran khawatir anaknya bisa membahayakan keselamatan orang lain di sekitarnya.

Saharuddin diketahui kerap berteriak-teriak pada malam hari hingga mengganggu sanak tetangga.

“Terpaksa kami rantai karena takut, jangan sampai dia mengganggu atau dipukul orang jika dibiarkan berkeliaran bebas karena kondisinya yang tidak sehat,“ kata sang ibu Nur Rusiah, kepada wartawan, Rabu, (6/3/19).

Pihak keluarga mengaku tak mau lagi membawa anaknya ke rumah sakit jiwa lantaran tidak punya biaya.

Saat proses menjalani perawatan, Saharuddin juga pernah kabur dari rumah sakit.

Pihak keluarga juga sempat membawa Saharuddin ke tempat "orang pintar" agar sembuh.

“Kami sudah lakukan berbagai macam cara agar Saharuddin bisa sembuh, bahkan sudah 44 orang pintar yang kami mintai pertolongan, tetapi hasilnya masih sama,” jelas Nur Rasiah

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri dr. Adhi Dharma kepada Kompas.com, Selasa ( 9/7/2019), ada 24 ODGJ yang saat ini masih dipasung oleh keluarganya.

Banyak alasan yang membuat warga memilih memasung keluarganya yang mengalami gangguan jiwa ketimbang dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

Sementara itu, menurut Adhi, penyebab warga mengalami ODGJ, Adhi menyatakan, ada karena faktor keturunan hingga permasalahan sosial.

"Permasalahan sosial itu mulai dari perceraian, patah hati hingga putus cinta juga ada kasusnya. Selain itu masalah ekonomi," jelas Adhi.

Salah satu kendala yang sering ditemui adalah proses evakuasi penderita ke rumah sakit harus mengantre.

Lalu, dukungan pro aktif dari pihak keluarga untuk kesembuhan pasien masih minim, dan menganggap sebagai aib keluarga.

Akibatnya, para penderita OGDJ ini ada yang dilarang keluar, bahkan dirantai atau dipasung.

"Sulit rasanya untuk memastikan sudah tidak ada lagi kasus ODGJ dipasung di Gunungkidul. Dikunci dalam kamar, diikat dengan rantai itu juga masuk kategori pasung," kata Winarto, saat dihubungi wartawan, Senin (8/7/2019).

Sementara itu, hingga saat ini tercatat sebanyak 21 orang yang dipasung dan tidak diberikan pengobatan yang baik di Gunungkidul, tersebar di Kecamatan Panggang, Playen, Nglipar, Saptosari, Rongkop, Karangmojo, Patuk dan Kecamatan Wonosari.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah mencanangkan Gerakan Bebas Pasung pada tahun 2015. Saat itu, Wonogiri menduduki peringkat pertama dalam kasus pemasungan warga.

Gerakan tersebut menurut Adhi, telah membuat jumlah warga yang terpasung menurun drastis.

"Tahun 2018, hasil evaluasi masih 48 ODGJ yang masih dipasung. Enam bulan terakhir di tahun 2019, kini tinggal 24 ODGJ masih dipasung. Ada beberapa sebab warga masih memilih memasung keluarganya yang mengalami ODGJ," kata Adhi.

"Hanya permasalahannya, ada keluarga yang tidak mau dan sebaliknya. Keluarga berpikir kalau dilepas siapa yang mau tanggung jawab. Kalau dititipkan di RSJ mereka juga mikir. Makanya perlu pendekatan khusus," kata Adhi.

Namun demikian, untuk mendukung progam itu, Selain itu RSUD Wonogiri memiliki bangsal khusus ODGJ.

Setelah pulang ke rumah, pengobatan dilanjutkan dari puskesmas. Bahkan pihak puskesmas melakukan kunjungan ke rumah untuk mengecek kondisi ODGJ dan pengobatannya.

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alawi, Markus Yuwono, Junaedi)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/10/08000061/cerita-pilu-di-balik-pemasungan-odgj-jadi-aib-keluarga-hingga-tak-punya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke