Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Hari Vitiligo Pertama di Indonesia Digelar di Kota Bandung

Kompas.com - 26/06/2019, 13:03 WIB
Agie Permadi,
Rachmawati

Tim Redaksi

"Penyakit ini terjadi 0,5-2% pada populasi di seluruh dunia. Angka yang cukup tinggi," kata Reiva dalam keterangan tertulisnya.

Vitiligo sendiri merupakan penyakit kekurangan pigmen (acquired depigmentation disorder) yang terbanyak di antara penyakit hipopigmentasi lainnya. Berbeda dengan albino yang bersifat diturunkan (inheridited), vitiligo tidak diturunkan secara langsung, namun ada faktor genetik yang memengaruhinya.

Sekitar 50% awitan vitiligo terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dan 60 % dari golongan itu timbul pada masa kanak-kanak.

"Apabila vitiligo muncul pertama kali pada masa kanak-kanak disebabkan karena faktor genetik yang berhubungan dengan autoimun. Karena 20-30 % pasien autoimun memiliki gen yang saling terkait dan akan memengaruhi timbulnya penyakit autoimun lain, baik pada pasien itu sendiri maupun pada keturunannya," terangnya.

Baca juga: 13 Warga Bangka Terjangkit Penyakit Kaki Gajah

Ia menjelaskan penyakit autoimun sendiri termasuk penyakit yang mulai popular di masyarakat awam dengan merebaknya penyakit lupus. Sebenarnya golongan penyakit ini sudah lama diketahui, namun baru terdapat awareness, baik pada kalangan medis maupun masyarakat awam pada beberapa dekade terakhir.

"Penyakit autoimun terjadi karena kesalahan sistem kekebalan tubuh atau imunologi dalam mengenal bagian tubuhnya sendiri dengan menganggap sebagai musuh dan akhirnya 'diserang' hingga timbul penyakit. Pada vitiligo, yang 'dianggap musuh' adalah melanosit," jelasnya.

Penyakit autoimun yang sering terjadi bersamaan dengan vitiligo ialah hipotiroid, diabetes melitus tipe 1, dan lain-lain. Selain karena autoimun, vitiligo juga bisa disebabkan karena zat kimia, stres-oksidatif, dan gangguan neurokimia.

"Vitiligo tidak menular, tidak berbahaya, tidak menimbulkan kematian, dan kaitannya dengan penyakit sistemik non-autoimun masih diselidiki," katanya.

Baca juga: Kisah Bocah Penderita Autoimun Penggemar Tito Karnavian...

Namun demikian karena bentuk kelainan kulit yang khas dan mencolok mata, terutama bila di daerah yang terekspos misalnya wajah dan tangan, serta perjalanan penyakit yang cenderung cepat dan progresif, maka vitiligo acapkali membuat resah penderita dan keluarganya.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran, perasaan minder, malu, menarik diri dari lingkungan, yang berujung dengan penurunan kualitas hidup," kata Reiva.

Penyakit vitiligo ini merupakan salah satu penyakit kulit tertua di muka bumi, selain lepra. Tetapi hingga saat ini pengobatannya belum ada yang sangat memuaskan. karena kompleksnya patogenesis penyakit ini.

Pengobatan vitiligo saat ini sudah memasuki tahap yang menggembirakan yaitu dengan dimulainya uji klinis obat agen biologik yang diharapkan dapat mengatasi kebuntuan terapi vitiligo.

"Namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun penelitian hingga dapat diterapkan pada manusia. Saat ini pengobatan vitiligo yang cukup efektif ialah dengan obat yang dioles, fototerapi, serta obat yang diminum sebagai tambahan. Semuanya memberikan hasil yang bervariasi pada tiap-tiap individu," katanya.

Satu hal yang penting, katanya melanjutkan, bahwa vitiligo dapat dicegah. Stres sangat berpengaruh pada vitiligo dan cenderung dengan makin luasnya lesi vitiligo. Pasien yang semakin stres maka vitiligo makin banyak.

Baca juga: Bawakan Obat, Istri Mustofa Nahrawardaya Sebut Suaminya Derita 3 Penyakit Ini

"Oleh karena itu, pasien vitiligo tidak boleh stress," pungkasnya.

Selain itu, ada yang disebut dengan 'Fenomena Koebner”, yaitu kelainan kulit vitiligo baru yang akan muncul pada daerah yang terkena tekanan berulang atau luka/trauma tajam.

Misalnya orang yang menggunakan jam tangan terlalu ketat, sandal jepit, menggosok-gosokan handuk ke punggung, dan lain-lain. Pada daerah trauma tumpul tersebut akan timbul kelainan vitiligo yang baru.

Trauma tajam berupa jatuh, tergores, luka, dan lain-lain juga akan menimbulkan kelainan kulit baru. Sinar matahari yang berlebihan pun akan merangsang timbulnya vitiligo.

"Vitiligo tidak memandang usia, jenis kelamin dan status sosial seseorang. Siapa pun bisa terkena, termasuk Michael Jackson, sang Raja Pop. Ia terkena vitiligo dari awal tahun 1980-an pada tangannya, sehingga ia sering menggunakan sarung tangan pada berbagai kesempatan pentas, hingga dikenal sebagai ciri khasnya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com