Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kebakaran Pasar Manis Ciamis, Hidran Macet, Pedagang Merugi

Kompas.com - 26/06/2019, 11:01 WIB
Candra Nugraha,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


CIAMIS, KOMPAS.com - Kebakaran melanda Blok B Pasar Manis Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (25/6/2019).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ciamis menyatakan, 5 kios habis terbakar dan 8 kios mengalami rusak sedang dalam kebakaran ini. Selain itu, dua pedagang syok karena barang dagangannya ludes terbakar.

Kasat Reskrim Polres Ciamis, Ajun Komisaris Hendra Virmanto menyatakan, sumber api diduga berasal dari korsleting listrik di kios tempat pencucian emas atau perak.

Api dengan cepat merambat ke kios lainnya yang kebetulan menjual kain. "Api merambat ke kios lain," kata Hendra.

Baca juga: Api dari Toko Pencucian Emas Hanguskan 10 Kios di Pasar Ciamis

Hasil olah tempat kejadian perkara, lanjut Hendra, ruko yang terbakar menyambung listrik secara pararel dari kios tempat pencucian emas atau perak tersebut.

Penyambungan dengan menggunakan terminal listrik yang terpasang di lampu yang ada di plavon depan kios. "Kami masih menyelidikinya (peristiwa kebakaran pasar)," ujar dia.

Ketua Himpunan Pedagang Pasar Ciamis, Suhendar menuturkan, di kios pencucian emas dan perak terdapat sejumlah bahan kimia untuk keperluan pencucian emas maupun perak.

"Banyak bahan kimia jadi api cepat membesar dan langsung ke atas," ujar dia.

Hidran macet

BPBD Kabupaten Ciamis menyatakan, kendala yang dihadapi di lapangan yakni macetnya hidran di Pasar Manis. Petugas bahkan harus mengambil air dari hidran milik Yogya Depstore dan PDAM Ciamis.

Komandan regu Satpam Pasar Ciamis, Opin Aripin mengatakan, saat kejadian hanya ada satu hidran yang berfungsi. "Hidrannya ada, tapi yang berfungsi cuma satu. Membukanya harus pakai kunci," ujar dia.

Beruntung, di sekitar lokasi yang kebakaran ada WC umum. Pedagang dan warga yang membantu langsung menampung air dari WC tersebut untuk membantu pemadam memadamkan api.

"Di WC tersebut (pedagang) antre dibantu warga berusaha memadamkan api," kata dia.

Opin mengatakan, kebakaran besar baru kali ini terjadi di Pasar Manis. Tahun 2000-an lalu, pernah terjadi kebakaran.

"Saat itu keburu diketahui. Jadi api tidak membesar. Satu kios terbakar," ucap dia.

Pedagang merugi

Terbakarnya kios di Pasar Manis menimbulkan kerugian bagi sejumlah pedagang pakaian. Seperti yang dialami Uni Fatmawati. "Habis semua," katanya.

Kini Uni Fatmawati mengaku bingung harus berbuat apa. Ini mengingat karena modal jualannya sudah habis. "Modalnya enggak ada," kata dia.

Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya mengatakan, pihaknya secepatnya akan memperbaiki kios yang terbakar. Ini tentunya setelah hasil investigasi oleh kepolisian selesai dilakukan.

Baca juga: Kebakaran akibat Tabung Gas Bocor, Ada yang Terkena Luka Bakar hingga Lompat dari Lantai 2

"Secepatnya kalau sudah ada hasil investigasi, police line dibuka. Kami akan membersihkan, ini kasihan ditutup semua. (Pedagang) Yang (kiosnya) tidak terbakar tidak bisa jualan," ujar dia, saat ditemui disela memantau pasar yang terbakar, Rabu pagi.

Ihwal bantuan permodalan untuk pedagang, Herdiat mengatakan, akan membahasnya lebih lanjut. "Mudah-mudahan aturan, ketentuan membolehkan (pemerintah) membantu (korban kebakaran)," kata dia.

Pantauan di lapangan, Rabu pagi, aktivitas pedagang di luar blok B berjalan normal. Pedagang berjualan seperti biasa.

Namun, sejumlah kios yang berada di Blok B terpaksa ditutup. Garis polisi terpasang di sejumlah kios tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com