Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

42 Tahun Tinggal di Papua dan Dirikan 7 Sekolah, Pria Asal Amerika Ini Resmi Jadi WNI

Kompas.com - 31/05/2019, 11:33 WIB
Dhias Suwandi,
Rachmawati

Tim Redaksi

Ia yang datang bekerja di Papua, hanya memiliki visa untuk bekerja di bidang penerbangan dan tidak bisa terjun di dunia pendidikan. Karenanya dengan status WNI, kini ia memiliki kebebasan untuk bergerak di sektor mana pun.

"Pasti ada perbedaan yang mendasar, sekarang jauh lebih bebas. Dulu saya punya sekolah bisa (didirikan) di bawah perusahaan ini (MAF Aviation), tapi di imigrasi kalau kita dapat visa itu tidak bisa bekerja untuk dunia pendidikan. Memang saya bisa mendorong untuk bentuk yayasan tapi untuk bisa bebas bergerak dalam pendidikan atau kesehatan itu tidak bisa," katanya.

Baca juga: Menunggu 35 Tahun, Kampung di Papua Barat Akhirnya Teraliri Listrik

Ketika ditanya sampai kapan ia akan bekerja untuk Papua, Wally menjawab, "Saya sudah jadi orang Indonesia, jadi sampai Tuhan memanggil saya".

Kecintaannya kepada Papua pernah ia buktikan ketika menolak tawaran dari kantor pusat MAF Aviation untuk menjadi Kepala MAF Indonesia. Hal itu ia lakukan, karena jika ia menerima tawaran tersebut, maka ia harus tinggal di Jakarta.

Namun sekitar 2005, keinginannya dikabulkan, yaitu menjadi Kepala MAF Indonesia dengan berkantor di Jayapura. Ia pun memegang jabatan tersebut selama 10 tahun.

Keputusan Menjadi WNI Didukung Keluarga

Wally datang ke Papua sejak 1977, namun keinginanya untuk menjadi WNI muncul 34 tahun setelahnya atau pada tahun 2011.

Keputusan tersebut mendapat dukungan penuh dari sang istri, Jhon Wiley dan kedua anaknya Josenda Jacinda dan Jared.

Meski keluarganya tidak mengikuti jejaknya, namun Wally melihat ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi.

"Keluarga belum jadi WNI. Istri saya belum tapi dua anak saya ada di sini, termasuk juga cucu saya. Mungkin mereka akan perhatikan keadaan saya. Bagaimana saya setelah jadi WNI, baru mereka ambil keputusan. Tapi mereka semua mendukung saya. Ini prosesnya sudah delapan tahun," kata Wally.

Baca juga: Tuntut Hak Politik Orang Asli Papua Dikembalikan, Massa Long March Bawa Peti Mati

Bahkan salah satu anaknya kini terlibat langsung di Sekolah Papua Harapan yang ia dirikan. Sementara sang istri yang memiliki dasar sebagai guru, masih aktif mengajar di HIS.

Wally yang kini memiliki empat orang cucu, menganggap apa yang telah ia putuskan tidak lain karena panggilan dari Tuhan. Ia yang lahir dari keluarga misionaris meyakini bila Tuhan sudah memberikan petunjuk agar ia terus mengabdi di Papua.

"Kembali lagi dari panggilan Tuhan. Ini tempat yang dia kasih. Kalau kami betul-betul ikut Tuhan, dia akan tunjukan dimana tempatnya dan dia akan membagi sebagian hatinya. Jadi Tuhan bagi hati kepada saya untuk cinta Indonesia, khususnya Papua," ucapnya.

Mimpi Melihat Orang Papua Menjadi Presiden Indonesia

42 tahun tinggal di Papua, Wally menyadari ada rasa kecurigaan terhadap dirinya sebagai orang asing dari aparat keamanan karena kedekatannya dengan penduduk asli, terutama di wilayah pedalaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com