Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

42 Tahun Tinggal di Papua dan Dirikan 7 Sekolah, Pria Asal Amerika Ini Resmi Jadi WNI

Kompas.com - 31/05/2019, 11:33 WIB
Dhias Suwandi,
Rachmawati

Tim Redaksi

Bekerja sebagai pilot perintis, membuatnya banyak melihat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat di pedalaman.

"Saya tahu mereka (aparat keamanan) selalu sedikit ragu-ragu dengan kita, karena kami dekat dengan anak di pedalaman. Saya tahu keraguan itu karena ada sebagian rakyat Papua ingin kemerdekaan. Sebetulnya saya tidak dukung itu, itu bukan tujuan saya sama sekali."

Baca juga: Papua School of Mines, dari Inalum untuk Papua...

Namun dengan tegas ia menyatakan ada satu mimpi yang ia ingin lihat semasa dirinya masih hidup, yaitu menyaksikan langsung orang Papua bisa meraih posisi tertinggi di Indonesia.

"Saya senang sekali kalau suatu waktu itu Presiden Indonesia dari Papua dan itu bisa jadi. Alasan saya ingin membangun Papua adalah supaya tidak ada alasan lagi untuk orang memikirkan mereka (orang Papua) orang bodoh atau keterbelakangan. Mereka ada potensi luar biasa. Mereka akan jadi orang yang luar biasa," cetusnya.

Selain itu, Wally juga berharap ada peningkatan mutu pendidikan di tanah Papua, sehingga orang asli Papua bisa bersaing dan menjadi pemimpin di setiap sektor kehidupan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan jiwa kepemimpinan yang kuat dan harus dipupuk sejak usia dini. Karena itu, di Sekolah Harapan Papua, ia menerapkan sistem CASH.

"Kami jalan dengan CASH. Caracter (karakter), Atitude (sikap), Skill (keahlian), dan Habit (kebiasaan). Ini betul-betul jadi prioritas kami. Karakter dulu baru sikapnya, kemudian keahlian yang kemudian jadi kebiasaan," tuturnya lagi.

Kini setelah 11 tahun mendirikan Sekolah Papua Harapan, kelas tertinggi yang telah dibuka sudah mencapai kelas 2 SMA. Dan pada 2019, delapan anak dari Intan Jaya yang ia bawa sejak usia dini akan lulus tingkatan tersebut.

"(Awalnya) kami memulai dari TK dan setiap tahun tambah satu kelas, tahun depan baru ada kelas 3 SMA. Jadi baru ada lulusan," katanya.

Baca juga: Kisah Mahasiswa Papua Lulus Magna Cum Laude dari Universitas di AS, Ingin Pulang Kampung hingga Bakar Batu di Oregon

Tidak sampai di situ, Wally juga berencana untuk membuka perguruan tinggi di Papua. Untuk mewujudkannya, kini ia telah menjalin kerja sama dengan salah satu universitas di Amerika Serikat.

Agar output dari Sekolah Papua Harapan tidak sia-sia, ia juga berencana untuk membuat beberapa perusahaan untuk menampung lulusan dari sekolah tersebut.

"Saya harapkan juga bisa membuka beberapa perusahaan. Bukan untuk saya saja, tapi untuk anak-anak dari sekolah. Kalau mereka sudah dapat pendidikan, jangan sampai mereka kembali dan tidak ada kerja untuk mereka," imbuh Wally.

Secara umum Wally mengakui bila Papua masih memiliki banyak masalah, namun ia meyakini 90 persen dari masalah tersebut bisa diselesaikan bila ada pendidikan yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com