Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov NTT Ingin Miliki Rumah Sakit Terapung, Biayanya Rp 600 Miliar

Kompas.com - 28/05/2019, 07:38 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Pemprov NTT berencana mengadakan Kapal Rumah Sakit Terapung (RST) di NTT.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, keberadaan rumah sakit apung itu sangat penting bagi masyarakat NTT.

"Haruslah rumah sakit apung itu ada, karena kita provinsi kepulauan dan banyak warga yang bermukim di sejumlah pulau, tidak memiliki fasilitas kesehatan yang baik," ucap Viktor kepada Kompas.com, Senin (27/5/2019). 

Kalau kapal itu ada lanjut Viktor, maka seluruh masyarakat yang punya masalah kesehatan yang serius, tidak perlu jauh-jauh ke rumah sakit karena bisa ditangani secara langsung.

"Untuk dana pembelian rumah sakit apung itu, akan diintervensi dari APBN dan APBD,"ujar Viktor.

Rencana itu mendapat respons positif oleh PT PAL Indonesia dengan mengajukan proposal. 

Saat ini tengah dilakukan feasibility study (FS) atau studi kelayakan dilakukan oleh Nasdec (National Sheep Design and Engineering Center), UPT dari Institut Teknologi Surabaya.

Pemaparan FS dari Nasdec dan pemaparan proposal dari PAL dilakukan di ruang rapat Gubernur Kantor Gubernur Sasando, Jumat (24/5/2019).

Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur NTT, Josef A Nae Soi, Staf khusus Gubernur, Daniel Kameo, Kepala Syahbandar Kupang, pimpinan perangkat daerah lingkup pemerintah Provinsi NTT, insan pers dan undangan lainnya.

Baca juga: Ada Rumah Sakit Terapung di Teluk Bintuni, Begini Rupanya

A A Masroeri, selaku Ketua Team Nasdec dalam pemaparannya mengungkapkan, FS terkait kebutuhan teknis dari RST.

Ada beberapa tahapan yang dilalui yakni tahap persiapan berupa penyusunan rencana kerja, program kerja, studi literatur serta kebutuhan dan rencana survei.

Tahap berikutnya adalah melakukan kajian kebutuhan, survei daerah, kajian dan evaluasi kebutuhan teknis, serta kajian biaya operasional. Kegiatan FS direncanakan berlangsung selama 16 pekan sampai pada laporan akhir.

"Dengan FS, diharapkan ada naskah akademis untuk mengetahui pentingnya keberadaan RST di NTT sesuai kondisi geografis dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan. Dibutuhkan studi literatur karena di Indonesia belum ada aturan baku tentang RST ini. Diharapkan NTT jadi pionir dan percontohan tentang hal ini," jelas Masroeri, melalui rilis resmi yang diterima.

Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Kapal PT PAL, Iman Sulaiman mengapresiasi keinginan Pemprov NTT untuk membuat RST.

Karena biasanya lanjut Imam, klien PAL adalah angkatan laut dalam dan luar negeri atau swasta. Tapi ini pertama kali, klien PAL berasal dari pemerintah provinsi.

"Ini suatu kehormatan, kami bisa hadir di ruangan ini. Saya tadi melihat program ini, merinding. Kalau jadi, ini menarik sekali. Secara nalar, memang dengan topografi NTT yang terdiri dari 1.192 pulau dan 44 pulau berpenghuni, tentu akses pelayanan (kesehatan) sangat dibutukahkan," jelas Imam.

Baca juga: Rumah Sakit Jiwa Bengkulu Benarkan Rawat Pasien Stres karena Pemilu

Menurutnya, Kapal RST dapat dimodifikasi sesuai keinginan dan hasil survei keinginan pembeli. Kecepatan bisa direduce atau dikurangi sehingga harga juga bisa dikurangi.

"Jenis kapal yang ideal untuk RST adalah Landing Platform Dock (LPD) seperti jenis kapal perang amfibi. Dilengkapi dengan Landing Craft Utility (LCU) atau sejenis kapal kecil amfibi untuk jemput pasien di pulau-pulau yang tidak bisa disandari. dan juga ada helipadnya," jelas Imam.

Lanjut Imam, kapal ini merepresentasikan RS Tipe C Dengan ukuran panjang 122 meter dengan 4 deck. Kecepatan maksimum 16 knot.

Dalam rancangan PT PAL, kata Imam, RST dilengkapi dengan poli rawat, ruang operasi, ruang rawat inap dan UGD. Bisa menampung 32 kru, 70 staf medis, relawan 204 orang.

Ruang rawat inap untuk 60 pasien ditambah 8 pasien isolasi, 4 pasien ICU, 3 pasien HCU, 16 pasien UGD. Juga ditambah 4 tenda, dengan kapasitas satu tenda untuk 10 pasien.

"Taksasi harganya sekitar Rp 600 miliar lebih. Dengan kurun waktu pengerjaan sekitar 30 bulan. Intinya, kami menyesuaikan perakitan sesuai keinginan pemerintah Provinsi NTT," jelas Imam.

Menanggapi pemaparan PT PAL, Wagub NTT Josef Nae Soi menegaskan komitmen pemerintah provinsi untuk mengadakan RST dalam melayani masyarakat NTT di daerah pesisir.

Terutama kata Josef, warga yang tidak terjangkau dengan pelayanan kesehatan yang memadai.

Josef yakin, kemampuan PT PAL dalam merancang dan membuat berbagai jenis kapal sudah tidak diragukan lagi.

"Kami hanya minta satu saja pak, harganya bisa dinegoisasi kembali. Saya pasti akan mengunjungi PT PAL untuk bicarakan lagi hal ini. Saya minta kebijakan PT PAL khusus untuk provinsi NTT yerkait harga ini," ujar Josef.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com