MADIUN, KOMPAS.com - Tiga siswa SMKN I Mejayan, Kabupaten Madiun menciptakan sebuah inovasi pengolah limbah mini yang ramah lingkungan, dengan bermodal jamur tempe dan tawas.
Tiga siswa kelas XI SMKN I Mejayan, yakni Bima Aji, Adinda Mustika, dan Desy Wulan Indah Permata berhasil menciptakan alat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) mini. IPAL mini besutan Bima, Adinda dan Desy pun sudah teruji dan berhasil menyabet juara kedua Lomba Kreativitas Teknologi Tepat Guna yang digelar Dinas Kepemudaan dan Olahraga Propinsi Jawa Timur.
Tiga siswa SMKN I Mejayan itu menyingkirkan belasan peserta lomba yang rata-rata mahasiswa.
"Inovasi ini kami ciptakan setelah melihat banyaknya limbah yang terbuang setelah produksi kegiatan teknologi pengolahan hasil pertanian (TPHP). Kami menciptakan alat itu supaya limbah itu tidak terbuang sia-sia," kata Desy Wulan Indah Permata kepada Kompas.com, Senin ( 27/5/2019) pagi.
Baca juga: Manfaatkan Limbah, Guru SMKN di Madiun Ciptakan Paving Block Penangkal Banjir
Untuk membuat perangkat pengelola air limbah, ia bersama dua rekannya berkonsultasi langsung dengan guru pembinanya, Septa Krisdiyanto. Setelah berkonsultasi, mereka diberi saran menggunakan bahan tawas dan jamur tempe agar air limbah bisa dinetralisir menjadi air bersih layak pakai.
Desy mengatakan, penelitian dan pembuatan perangkat pengelola air limbah memakan waktu satu bulan. Bahannya pun sederhana. Mereka menggunakan panci-panci bekas untuk menampung air limbah dan diolah kembali menjadi air layak pakai.
"Kalau buat di perumahan, cukup gunakan alat-alat dapur yang tidak terpakai. Tetapi saat mengikuti lomba kami menggunakan bahan yang bagus dan serapi mungkin," jelas Desy.
Desy bersama dua rekannya berharap IPAL mini karyanya itu dapat dikembangkan menjadi pengelola air limbah dengan kapasitas yang besar. Namun, ia bersama timnya masih harus melakukan pengujian terlebih dahulu di sekolah.
Baca juga: Terungkapnya Pengiriman 300 Kg Ganja Kering di Antara Karung Limbah Medis
Sementara itu Kepala Sekolah SMKN I Mejayan, Suharto mengatakan tiga anak didiknya itu menciptakan IPAL mini setelah melihat banyaknya limbah rumah tangga yang mengeluarkan bau tidak sedap sehingga membuat lingkungan tidak nyaman.
"Anak-anak banyak merasakan limbah rumah tangga bau dan tidak nyaman lingkungan," kata Suharto.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.