Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Limbah, Guru SMKN di Madiun Ciptakan Paving Block Penangkal Banjir

Kompas.com - 27/05/2019, 08:51 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


MADIUN, KOMPAS.com - Banyaknya bencana banjir dan longsor yang melanda tanah air beberapa waktu lalu membuat Septa Krisdiyanto (37), seorang guru sains SMKN Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur terketuk hatinya.

Dengan riset dan upayanya, bapak dua anak ini menciptakan sebuah paving block ramah lingkungan berbahan limbah yang mampu menangkal banjir. Hasil karyanya pun sudah teruji.

Sebulan yang lalu, Septa meraih juara satu nasional pada lomba pembelajaran kesiapsiagaan bencana tingkat nasional yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Baca juga: Hutan Rusak Diduga Jadi Penyebab Banjir Bandang di Kabupaten Lebak

Paving block ramah lingkungan besutannya itu mengalahkan ratusan peserta lomba dari seluruh Indonesia. Tak hanya itu, suami dari Latifatul Wastiah dinobatkan sebagai guru sains terbaik SMK se-Jawa Timur.

Septa menceritakan awal mulanya ia membesut kumpulan limbah kayu itu menjadi paving block ramah lingkungan.

"Saya melihat keadaan lingkungan di sekitar maupun pada umumnya adanya bencana banjir dan tanah longsor. Bencana geohidrologi berupa geologi yakni tanah longsor dan hidrologinya volume air yang melebar menjadi banjir," kata Septa kepada Kompas.com, saat ditemui di kantornya, Minggu (26/5/2019).

Bagi Septa, masalah banjir baik di perkotaan maupun pedesaan sudah jamak karena beton menjadi fondasi dasar jalan. Beton memiliki kelemahan yakni tidak bisa menyerap air.

Hal itu menginspirasinya untuk menciptakan material yang bisa meresapkan air. Ia kemudian bereksperimen dengn bahan limbah kayu yang konturnya lembut berupa grajen kayu dan grajen bambu.

Sementara penguatnya bahannya dari sepahnya tebu dan sekam untuk perekat.

"Material bio organik itu saya kolaborasikan dengan agregat pasir, kerikil dan campuran semen tetapi tidak sebanyak seperti biasanya," kata Septa.

Setelah diuji dua kali, air yang dituang di paving buatannya itu langsung terserap. Makanya ia memberikan nama untuk paving ciptaannya yang ramah lingkungannya itu dengan bio material konblok dan vegetasi.

Septa juga mengembangkan paving ramah lingkungannya itu agar bisa mengatasi longsor pada sungai. Bila longsor di sungai dibiarkan, maka tanah di sisi kanan dan kiri sungai terus tergerus.

Tergerusnya sisi kanan dan kiri sungai membuat vegetasi hilang dan tidak memiliki penguat. Untuk itu paving ramah lingkungannya itu dikolaborasikan dengan vegetasi berupa bambu. 

"Bambu perakarannya kuat. Kemudian bambu ampel tidak besar dan tidak merusak struktur tanah. Keberadaan bambu malah menguatkan struktur tanah dan mencegah erosi dan bisa memproduksi oksigen yang banyak juga, sehingga ramah lingkungan," kata Septa.

Septa menyatakan, pemasangan paving ramah lingkungannya sebagai penangkal banjir dilakukan berbeda dengan biasanya. Paving itu dipasang di bahu pinggir jalannya saja karena air di jalan turunnya ke samping.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com