Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelamatan Orangutan Bernama Riam dan Habitatnya yang Rusak di Ketapang

Kompas.com - 10/05/2019, 16:00 WIB
Hendra Cipta,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


PONTIANAK, KOMPAS.com - Tim gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat, Balai Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) dan IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di Desa Riam Berasap, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang.

Orangutan yang kemudian diberi nama Riam ini berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia sekitar 4 tahun.

Dokter Hewan IAR Indonesia, Temia mengatakan, kondisi orangutan ini secara umum terlihat bagus. Namun, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisinya, apalagi orangutan ini masih sangat muda.

"Saat ini, orangutan ini berada di Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan IAR Indonesia di Sungai Awan, Ketapang, untuk menjalani observasi dan pemeriksaan lebih lanjut," kata Temia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/5/2019).

Baca juga: Ketika Orangutan Tapanuli di Batang Toru Makan Durian dan Petai

Dia mengatakan, permasalahan hutan dan lahan menjadi penyebab utama masuknya orangutan ke dalam kebun milik warga.

"Kebakaran pada tahun 2015 menghanguskan sebagian besar hutan di wilayah ini membuat orangutan keluar dari habitat aslinya untuk mencari makan," ujar dia.

Alih fungsi hutan menjadi ladang dan kebun turut menyumbang meningkatnya jumlah orangutan yang mencari makan dan penghidupan di kebun-kebun milik warga.

Sementara itu, Kepala BKSDA Kalimantan Barat, Sadtata Noor mengatakan, untuk kesekian kalinya, BKSDA Kalbar, BTNGP dan IAR Indonesia berhasil melakukan penyelamatan orangutan.

Namun, ‘berhasil’ di sini belum menggambarkan penyelesaian masalah yang tuntas.

Masih ada pekerjaan rumah besar yang harus dituntaskan bersama. Penyelesaian yang menyeluruh dan berkelanjutan. 

"Konflik satwa liar dan manusia meningkat dari waktu ke waktu. Kita pelu terus diskusi, dialog, serta membuka pikiran serta hati bersama seluruh stakeholder," ucap dia.

"Mari kita tuntaskan pekerjaan ini demi kelestarian satwa, kesehatan ekosistem dan kesejahteran manusia," timpal dia.

Kronologi pengamanan orangutan

Dia menceritakan, penyelamatan orangutan ini bermula dari laporan warga pada bulan April 2019 lalu, mengenai keberadaan orangutan di ladang mereka.

Baca juga: Orangutan Terlepas di Taman Safari, Pengunjung Ketakutan

Setelah menerima laporan warga, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia berkoordinasi dengan BKSDA Kalbar Resort Sukadana untuk kemudian melakukan verifikasi.

Tim OPU IAR Indonesia yang melakukan verifikasi menemukan orangutan ini sedang memakan tebu di ladang milik warga.

Menurut pengamatan tim di lapangan, orangutan ini terjebak di area sempit yang sudah terfragmentasi, terpotong oleh jalan raya dan perumahan warga.

Menindaklanjuti temuan tim verifikasi lapangan, IAR Indonesia bersama BKSDA dan BTNGP membentuk tim rescue untuk mengevakuasi orangutan ini dari kebun warga untuk nantinya dikembalikan ke habitat aslinya.

Tim rescue ini bergerak dari kantor IAR Indonesia sejak pukul 6 pagi. Karena orangutan ini adalah orangutan liar, tim rescue menembak orangutan ini dengan peluru bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Proses pembiusan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan harus dilakukan oleh ahlinya," kata Sadtata.

Tim medis yang berpengalaman menakar dosis obat bius sesuai perkiraan berat orangutan dan penembak jitu IAR Indonesia beraksi menembak bius orangutan ini.

Orangutan yang sudah tidak sadarkan diri ini kemudian ditangkap dan menjalani pemeriksaan secara cepat oleh tim medis IAR Indonesia.

Fragmentasi habitat akibat karhutla

Kepala Balai TNGP, Ari M Wibawanto menilai, konflik orangutan yang terjadi di sekitar kawasan Tanagup sebagian besar disebabkan oleh fragmentasi habitat akibat kebakaran hutan.

"Sejak tahun 2018 hingga sekarang, kami sudah menerima 3 individu orangutan liar yang ditranslokasikan di kawasan kami," kata Ari.

Tentu saja dalam proses yang sudah dan sedang berjalan ini mereka menyesuaikan dengan SOP yang sudah disusun.

Baca juga: Orangutan yang Coba Diselundupkan WN Rusia Belum Bisa Dikembalikan ke Tempat Asal

"Tantangan kita bersama untuk ke depannya adalah bagaimana kita bisa menyediakan kantong-kantong habitat baru bagi orangutan," ujar dia.

Diharapkan para pihak baik pemerintah, NGO dan juga pihak perusahaan dapat mengupayakan kantong habitat yang saling terkoneksi satu sama lain agar kelangsungan hidup orangutan dapat terjaga.

Direktur IAR Indonesia, Karmele L Sanchez mengatakan, ada ratusan orangutan telah diselamatkan oleh BKSDA Kalbar Tanagupa dan IAR Indonesia selama 10 tahun terakhir ini.

"Kami sangat mengapresiasi laporan masyarakat setempat yang mengalami konflik dengan orangutan karena dengan melapor kepada kami, orangutan bisa diselamatkan dan tidak ‘mengganggu’ lagi," ucap dia.

Meskipun demikian, ke depannya IAR bersama para pemangku kepentingan, warga masyarakat serta pemerintah dan swasta perlu membuat strategi berkelanjutan supaya masyarakat dan orangutan bisa hidup damai di habitat yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com