Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa ITB soal Polemik Quick Count Vs Real Count

Kompas.com - 03/05/2019, 07:01 WIB
Agie Permadi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Natalia Karin, mahasiswa ITB jurusan Teknik Pangan ini cukup percaya dengan hasil quick count yang ada sebagai perbandingan. Dia menilai metode yang digunakan lembaga survei ini tentu tidak sembarang.

“Quick count berdasarkan yang sudah pernah sebelumnya, quick count cukup terpercaya sih sebagai perbandingan. Patokan buat real count, karena metodenya gak sembarangan karena sudah diolah sejak dahulu oleh ahli statistik. jadi bisa dipercaya,” tuturnya.

Liyan Nurchalifah, mahasiswa ITB jurusan Matematika 2016 mengkritisi lembaga survei yang ada. Menurutnya lembaga survei ini harus dipastikan menjunjung kebenaran ilmiah yang juga tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi pihak manapun.

Beragamnya metode yang dipakai juga dapat memberikan hasil yang berbeda antara satu lembaga dan yang lainnya.

“Karenanya, pembaca yang seharusnya lebih bijak untuk mengambil kesimpulan atau menginterpretasikan hasil yang disajikan dengan mempertimbangkan metode, convidence level, dan margin of error yang dipilih oleh setiap lembaga. Dan jelas bahwa quick count berbeda dengan real count, yang artinya lembaga yang melakukan quick count hanya memprediksi ketidakpastian (karena belum keluarnya) hasil dari real count tersebut,” katanya.

“Karena pemilu yang sekarang dilakukan serentak maka banyak hal yang terjadi, mulai dari pengorbanan orang-orang yang bertugas dan berbagai kejadian negatif pada surat suara.
Semoga hukum dapat ditegakkan dengan baik untuk menghindari adanya kecurangan pada perhitungan suara. dan mari kita lihat bersama saja hasilnya nanti,” imbuhnya.

Dinda, mahasisiwi ITB jurusan Fisika, mengaku tidak terlalu percaya dengan quick count yang telah di rilis oleh beberapa lembaga survei yang ada.

Meski begitu, Dinda pun mengkritisi adanya ketidaksingkronan data antara C1 dan data KPU.

“Banyak banget kecurangan, terus intinya kaya demokrasi kita ini dipermainkan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com