Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa Undip soal Polemik Quick Count Kubu Jokowi Vs Prabowo

Kompas.com - 27/04/2019, 11:30 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Hitung cepat dari lembaga survei sejauh ini mengunggulkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dibanding pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hitung cepat sejumlah lembaga itu lalu disyukuri hingga dideklarasikan kemenangannya oleh masing-masing kubu.

Sedangkan saat ini berdasar hasil real count KPU RI dari 43,19 persen data masuk pada Sabtu (27/4/2019), pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan 56,63 persen, sementara Prabowo-Sandi 43,67 persen. 

Kalangan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah punya pendapat soal ramainya klaim kemenangan dalam kontestasi Pilpres.

Begini kumpulan pendapat mahasiswa Undip Semarang soal quick count saat diwawancara oleh Kompas.com, Sabtu (27/4/2019).

Baca juga: Kata Mahasiswa Undip Semarang soal Pemilu Serentak 17 April 2019

 

1. Kubu Jokowi dan Prabowo diminta bersabar 

Mahasiswa meminta semua yang terlibat dalam proses pemilu Presiden untuk bersabar. Semua harus menahan diri sampai hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) diumumkan.

"Semua pihak baiknya menunggu hasil resmi dari KPU agar tidak seramai ini. Ada mekanisme yang bisa ditempuh jika memang tidak percaya hasil hitung cepat,” ucap Sigit Andrianto, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Undip ini, Sabtu (27/4/2019).

Hal sama disampaikan Raihan Yogi Prakoso, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisinis Undip Semarang.

Yogi menganggap polemik hitung cepat sebenarnya tidak perlu diributkan oleh kedua calon presiden dan wakil presiden.

Baca juga: Kata Mahasiswa Unsri Palembang soal Pemilu 2019

Pasalnya, ketentuan hasil dari hitung cepat sudah ada dalam aturan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang lembaga survei.

“Hitung cepat (quick count) tersebut diliput oleh pihak penyiar yang sudah baik dan menjaga reputasinya, tidak mungkin ada anggapan berat sebelah. Hasil keseluruhan harus diserahkan ke KPU sesuai kewenangannya,” tuturnya.

2. Hitung cepat seperti masak sop...

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Faka Dzul Umam menambahkan, kerja lembaga survei melakukan hitung cepat ada ketentuan ilmiahnya.

Hitung cepat tentunya mengambil beberapa sampel atau contoh hasil penghitungan di tempat pemungutan suara (TPS) pada sampel yang telah ditentukan sebelumnya.

“Itu seperti ketika masak sop, itu baru tahu rasanya sudah pas atau belum harus ambil sampel sedikit saja,” ujarnya.

Baca juga: Kata Mahasiswa Universitas Brawijaya Soal Pemilu 2019 dan Pahlawan Demokrasi yang Gugur

Hanum Ashirahma, mahasiswa jurusan Ilmu Perpusatakaan Undip, menyarankan semua pihak untuk rileks dalam menanggapi klaim kebenaran dari kedua kubu soal hasil hitung cepat. 

Ia menyarankan untuk memahami kinerja petugas TPS dan kepastian dari KPU.

“Saya santai aja sih nanggepinnya. Quick count kan juga dihitung berdasar sampel data di banyak TPS dan pastinya enggak asal hitung. Sabar aja nunggu hasil yang pasti dari KPU,” jelasnya.

3. Hitung cepat dan potensi kecurangan

Hal berbeda disampaikan mahasiswi Fakultas Sains dan Matematika Undip, Oki Rachmalia Rozi. Ia menilai penyebab ramainya hasil perhitungan cepat diduga adanya kecurangan di berbagai TPS.

Quick count dan real count di pemilu 2019 terlalu banyak kontroversi dan kecurangan. Ada yang mempercayai dan ada yang tidak. Hal itu mengakibatkan adanya klaim instant kemenangan pada masing-masing calon presiden,” jelasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com