Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Palopo-Toraja Longsor, Peti Jenazah Terpaksa Digotong

Kompas.com - 07/04/2019, 10:24 WIB
Amran Amir,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PALOPO, KOMPS.com - Longsor menutup jalan Trans Sulawesi arah PalopoToraja di kilometer 23 kelurahan Battang Barat, kecamatan Wara Barat, kota Palopo, Sulawesi Selatan, pada Sabtu (06/04/2019) siang. 

Longsor tersebut membuat rombongan pengantar jenazah terpaksa menggotong peti jenazah untuk melanjutkan perjalanan ke Toraja.

Jenazah tersebut berasal dari kecamatan Wotu, kabupaten Luwu Timur menuju Toraja. Pihak keluarga dengan terpaksa harus menggotong saat harus melewati material longsor.

Warga yang berada di area longsor bersama TNI dan kepolisian polres Palopo berjibaku membantu mengangkat peti jenazah tersebut.

Baca juga: Fakta di Balik Pembongkaran 5 Makam di Gorontalo Utara, Diduga Terkait Pilkades hingga Jenazah Digotong Lewati Jalan Desa

Salah satu pihak keluarga yang berduka bernama Hanoy mengatakan bahwa dirinya baru mengetahui jika ada longsor yang menutup jalan saat ditengah perjalanan menuju Toraja.

“Namun kami tetap melanjutkan karena jalur lain sangat jauh yaitu melewati Pinrang dan Enrekang. Kami berupaya lewat meski harus menggotong peti jenazah,” ungkapnya.

Setelah melewati material longsor, mobil ambulans asal Toraja siap menyambung untuk melanjutkan perjalanan ke rumah duka di Sangalla.

Baca juga: Banjir di Luwu, 2 Rumah Rusak, Jalan Trans Sulawesi Sempat Lumpuh

Seperti diketahui, longsor di Trans Sulawesi terjadi akibat hujan deras yang terjadi sejak jumat malam pukul 22.00 WITA. Pada Sabtu, material longsor mulai dibersihkan petugas dari Balai Besar Jalan dan jembatan bersama TNI dan Polisi.

Tim Penyidik Jalan Balai Besar Jalan dan Jembatan Mustang mengatakan bahwa pembersihan material longsor membutuhkan waktu hingga empat jam. 

Hal itu mengingat material longsor berupa kayu dan batu serta medan yang ekstrim membuat proses pembersihan agak lambat.

“Alat sudah turun dan bekerja, diperkirakan akan berlangsung selama 4 jam untuk memindahkan material,” kata Mustang saat dikonfirmasi di lokasi longsor, Sabtu (06/04/2019).

Baca berita sebelumnya: Longsor Sebabkan Jalur Palopo-Toraja Putus, Ratusan Kendaraan Terjebak Macet

Pascalongsor, perbaikan terus dikebut dengan memindahkan material longsor berupa bebatuan, kayu, dan batu.

Hal ini membuat petugas harus ekstra hati-hati karena jalan tersebut berada pada kemiringan dan berhadapan dengan jurang.

Ratusan kendaraan dari dua arah harus bersabar menanti hingga beberapa kilometer untuk melintas. 

Kendaraan yang melintas harus bergantian dan hanya bisa melintasi satu jalur akibat material longsor masih menutupi sebagian badan jalan dan belum bisa dipindahkan sepenuhnya karena minimnya alat berat.

Baca juga: Fakta Longsor di Tambang Bawah Tanah Milik Freeport, 2 Orang Masih Hilang hingga Konveyor Dipotong

Sebabkan macet 17 jam

Komandan Distrik Militer (Dandim) 1403 Sawerigading Letkol M Imasfy, mengatakan bahwa pihaknya bersama kepolisian dan balai besar jalan berupaya memindahkan material longsor secepatnya.

Hal itu mengingat kondisi di daerah tersebut curah hujan tinggi, sehingga dikhawatirkan terjadi longsor susulan yang dapat mengganggu pengguna jalan.

“Alhamdulillah setelah berjibaku dengan beberapa pihak, jalan trans Sulawesi kembali normal dan bisa dilalui kendaraan baik roda dua, truk, dan bis meski harus mengantri di jalan akibat macet selama 17 jam,” ujar Imasfy.

Baca juga: Kisah Bocah Taufik Penyelamat Turis Korban Longsor di Lombok, Ditawari Operasi oleh Malaysia (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com