Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Peringatan Dini Pergerakan Tanah Berbunyi, Ratusan Warga Kudusan Sempat Mengungsi

Kompas.com - 25/02/2019, 18:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


MAGELANG, KOMPAS.com - Ratusan warga sempat mengungsi karena fenomena tanah bergerak di Dusun Kudusan, Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Fenomena tersebut ditandai dengan suara sirine early warning system (EWS) yang berbunyi sebagai tanda ancaman bahaya.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, sirine EWS berbunyi pada Minggu (24/2/2019) pukul 14.00 WIB, saat hujan lebat mengguyur kawasan perbukitan itu.

"Sirine EWS itu berbunyi yang artinya ada pergerakan/pergeseran tanah. Bunyi tambah kencang. Warga dengan kesadaran sendiri segera mengungsi di tempat aman," kata Edy, saat ditemui di kantor BPBD Kabupaten Magelang, Senin (25/2/2019).

Baca juga: Pergerakan Tanah di Cibugel Sumedang Rusak 5 Hektare Sawah dan Ancam 250 KK

Edy merincikan jumlah warga yang sempat mengungsi sebanyak 37 kepala keluarga atau sekitar 134 jiwa. Mereka mengamankan diri di masjid dan rumah kerabat sekitar Dusun Kudusan.

"Tapi, saat ini, warga sudah kembali ke rumah masing-masing, tapi kami meminta mereka tetap waspada apalagi kalau hujan lebat. Mereka termasuk pengungsi aktif dan mandiri," kata Edy.

Dari hasil pengecekan di lokasi, lanjut dia, tanah yang bergerak berada di lereng perbukitan dengan pergeseran sekitar 1 meter ke bawah. Pemukiman terdekat berada sekitar 300 meter dari lokasi tersebut.

"Tadi pagi, tim dari Kementerian ESDM Provinsi Jawa Tenah sudah mengecek lokasi, untuk mempelajari fenomena tersebut, juga memperbaiki alat EWS agar bisa bekerja lagi jika ada pergerakan tanah lagi," imbuh Edy.

Edy melanjutkan, kontur tanah di kawasan tersebut memang berupa perbukitan yang ditumbuhi satu jenis vegetasi/pohon pinus. Kondisi demikian masuk dalam ketegori wilayah rawan tanah longsor.

Pada tahun 1972-an, di sisi sekitar lokasi tersebut pernah terjadi bencana tanah longsor hingga banjir bandang. Bencana geologi memiliki sifat berulang dalam kurun waktu tertentu, sehingga warga setempat sudah punya kesadaran tinggi dalam mitigasi bencana.

Kurang EWS

Ia menambahkan, setidaknya ada 23 alat EWS yang sudah dipasang di daerah-daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Magelang, seperti di Kecamatan Grabag, Salaman, Windusari, Secang, Borobudur dan Bandongan.

Baca juga: Rumah Rusak akibat Pergerakan Tanah, Warga Minta Bantuan Ridwan Kamil

Dari jumlah tersebut, 6 unit di antaranya dipasang menggunakan anggaran APBD Kabupaten Magelang, sisanya bantuan dari BNPB, Kementerian ESDM, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan merakit sendiri.

"Kalau melihat kerawanan bencana longsor di Kabupaten Magelang, jumlah EWS yang sudah dipasang itu masih kurang ya, namun memang harga EWS mahal sekitar Rp 150 juta per unit, maka kami dorong agar warga atau pihak-pihat terkait untuk bisa merakit sendiri," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com