Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Magelang Siap Tampung Pengungsi dari Boyolali jika Merapi Erupsi

Kompas.com - 20/02/2019, 13:20 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Khairina

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, siap menampung para pengungsi dari wilayah Kabupaten Boyolali jika terjadi erupsi Gunung Merapi. Ini menyusul peningkatan aktivitas gunung tersebut beberapa waktu terakhir.

"Kami siap menampung pengungsi dari tiga desa di wilayah Boyolali jika sewaktu-waktu Merapi erupsi. Mereka tetap akan kami layani dengan baik," ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto di sela-sela Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Menghadapi Kemungkinan Erupsi Merapi di ruang Pusdalops Kantor BPBD Kabupaten Magelang, Selasa (19/2/2019).

Adapun tiga desa tersebut meliputi Desa Tlogolele, Klakah, dan Jrakah. Ketiganya berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang.

Kendati demikian, pihaknya belum menerima data jumlah estimasi pengungsi dari tiga desa tersebut.

"Intinya kami siap. Bencana tidak mengenal batas administrasi," ujar Edy.

Baca juga: BPBD Klaten Pantau dan Kumpulkan Laporan Perkembangan Gunung Merapi

Di sisi lain, pihaknya terus memberikan sosialisasi tentang kondisi Merapi terkini, termasuk mitigasi bencana, bagi masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

Kawasan ini meliputi 19 desa di Kabupaten Magelang.

Edy mengatakan, target utama yang akan dilakukan adalah menuju "zero korban" alias nol korban jiwa jika benar-benar terjadi erupsi Merapi.

"Maka, apabila ada satu korban jiwa, kami mengklaim dan juga untuk memotivasi, kami boleh dikatakan gagal," kata Edi.

Untuk mewujudkan zero korban, lanjut Edi, pihaknya akan melakukan sejumlah langkah-langkah strategis, antara lain membentuk posko utama sebagai fungsi manajemen dan koordinasi penanggulangan bencana, baik bagi pemerintah maupun dunia usaha.

"Poin pertama ini kami bagi menjadi tiga fungsi, yakni fungsi pelaksana, fungsi koordinasi, dan fungsi komando. Ketiga fungsi ini akan berjalan beriringan sesuai kondisi di lapangan," kata Edy.

Menurut Edy, Merapi tidak pernah memberikan ancaman secara tiba-tiba, tetapi selalu memberikan tanda-tanda terlebih dahulu sebelum terjadi erupsi.

Saat ini, Merapi telah masuk pada level ll Waspada. Pihaknya telah menjalin koordinasi persiapan sampai di tingkat desa.

Untuk diketahui, Merapi sudah sampai pada pertumbuhan kubah lava mencapai 461.000 meter kubik, yang per harinya terdapat pertumbuhan sekitar 1.300 meter kubik.

Meski demikian, BPPTKG mengatakan, pertumbuhan kubah lava tersebut tergolong rendah. Sebab, pada 2010 pertumbuhan kubah lava bisa mencapai 20.000 meter kubik per hari.

Edy mengakui, dari pengalaman erupsi yang sebelumnya, memang sering terjadi kendala pada saat proses evakuasi warga.

Hal tersebut karena warga masih lebih memikirkan harta benda dan ternak yang harus ditinggalkannya.

"Pada titik ini, sesuai dengan perintah Presiden, kami mempunyai kewajiban untuk memaksa warga untuk dievakuasi dengan cara-cara yang dapat meyakinkan masyarakat agar mau dievakuasi," ujarnya.

Untuk saat ini, ancaman guguran Merapi memang mengarah ke selatan, yakni ke hulu Kali Gendol. Namun, berdasarkan koordinasi dengan pihak BPPTKG, telah terjadi retakan sepanjang 150 meter yang dapat mengakibatkan longsor.

Sementara itu, Bupati Magelang Zaenal Arifin memerintahkan seluruh sektor untuk melakukan verifikasi dan mendata ulang hal-hal terkait kesiapan penanggulangan bencana erupsi Merapi.

“Saya perintahkan seluruh sektor yang ada ini (SKPD) untuk bisa kembali, memverifikasi dan mendata ulang apa-apa saja yang belum. Tentunya, kami akan berusaha untuk melindungi yang terbaik untuk masyarakat,” kata Zaenal kepada wartawan seusai rakor tersebut. 

Kompas TV Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih terus terjadi sepanjang Senin malam hingga Selasa pagi ini. Selama periode itu, Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar disertai awan panas mengarah ke hulu sungai Gendol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com