Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kisah Inspiratif, Dokter Gigi Penyelamat Hutan hingga Mantan Preman Jadi Petani Sukses

Kompas.com - 15/02/2019, 07:00 WIB
Farid Assifa,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Lima anak muda inspiratif berbagi inspirasi di dua kampus di Indonesia, yakni di Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Selasa (12/2/2019) dan di Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019).

Mereka berbagi pengalaman dalam mengubah masyarakat di sekitarnya menuju arah yang lebih baik. Kiprah mereka sangat bermanfaat dalam membantu masyarakat banyak.

Berikut kisah lima inspirator yang mengikuti roadshow BBC Get Inspired

1. Hotlin, dokter gigi penyelamat hutan

Hotlin Omposunggu saat diwawncara di lobi Hotel Mercure, Padang, Sumatera Barat, Senin (11/2/2019) malam.KOMPAS.com/ FARID ASSIFA Hotlin Omposunggu saat diwawncara di lobi Hotel Mercure, Padang, Sumatera Barat, Senin (11/2/2019) malam.

Hotlin Ompusunggu, seorang dokter gigi mengubah masyarakat di Sukadana, Kalimantan Barat, yang tadinya pembalak liar menjadi penjaga hutan. Hotlin mendirikan klinik yang dibayar dengan bibit pohon. Bibit pohon itu nantinya ditanam di kawasan hutan yang rusak.

Selain itu, perempuan kelahiran Medan tersebut juga membeli kembali gergaji mesin dari pembalak liar. Selama dua tahun, 70 orang telah menukarkan gergaji mesin dengan uang Rp 10 juta. Uang itu untuk modal berusaha agar mereka tidak lagi membalak hutan.

“Hasilnya bagus. Selama sepuluh hutan yang rusak kembali rindang dengan pohon. Lalu masyarakat sekitar pun jadi ikut menjaga hutan," kata Hotlin.

Pada tahun 2007, kata Hotlin, jumlah pembalak liar di sekitar Taman Nasional Gunung Palung sebanyak 1.350 orang. Pada 2017, jumlahnya menurun menjadi sekitar 150 orang.

Baca juga: Fakta di Balik Kisah Sukses Heru Si Peternak Ikan Cupang, Untung Rp 15 Juta Per Bulan hingga Bantu Cegah DBD

2. Bagas, mantan preman jadi petani sukses

Bagas SuratmanBBC Indonesia Bagas Suratman

Bagas Suratman dulunya adalah seorang preman yang suka mabuk-mabukan. Lalu ia sadar setelah teringat nasib masa depan tiga anaknya. Ia kemudian belajar bertani hingga akhirnya menyewa lahan tidur seluas 26 hektar di Teluk Naga tak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta untuk ditanami sayur dan buah-buahan.

“Saya seorang anak petani tapi membenci pertanian. Dulu saya anggap petani itu enggak keren. Tapi sekarang saya sangat senang bertani,” kata Bagas sesuai presentasi di Universitas Merdeka Malang, Kamis.

Untuk mengelola lahan pertanian, ia mengajak anak-anak muda yang menganggur untuk bekerja sekaligus bertani. Saat ini, ia telah mempekerjakan sekitar 20 orang.

Selama 10 tahun bertani, ia kini menjadi petani sukses. Ia mampu menjual hasil sayurnya ke supermarket-supermarket dan pasar tradisional di daerah Jabodetabek.

Baca juga: Kisah Sukses Desa Kota Bani Menurunkan Angka Kemiskinan Warganya

Salah satu pekerjanya mencoba untuk bertani secara mandiri. Dia sukses hingga bisa membeli rumah dan mobil.

Bagas mengajak kawula muda yang menganggur untuk bertani. Sebab, saat ini kebanyakan para petani sekarang sudah tua dan sebentar lagi akan pensiun.

“Kalau mereka sudah pensiun, lalu siapa yang akan meneruskan pertanian di Indoesia,” kata Bagas di depan siswa SMA dan mahasiswa peserta talkshow.

3. Utari bikin aplikasi untuk nelayan kecil

Utari Octavianty saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).KOMPAS.com/ FARID ASSIFA Utari Octavianty saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).

Utari Octavianty membantu nelayan kecil memasarkan hasil tangkapan ikan melalui aplikasi Aruna sehingga kesejahteraan mereka meningkat drastis.

Aplikasi Aruna bertujuan memutus mata rantai tengkulak yang menyebabkan harga ikan murah. Dengan Aplikasi android Aruna, nelayan bisa mengetahui harga ikan di pasaran dan pangsa pasar meluas hingga ke luar negeri karena menggunakan sistem online.

“Sehingga nelayan bisa mengetahui harga ikan secara transparan melalui aplikasi Aruna,” kata Utari.

Selain mendapa harga ikan yang layak, petani juga memperoleh bonus setiap penjualan ikan 10 kilogram, yakni Rp 20.000. Bonus itu bisa dikumpulkan untuk dipakai membeli jaring sehingga tidak mengganggu uang belanja di rumah.

Baca juga: Kisah Dokter Gigi Penyelamat Hutan, Kliniknya Bayar Bibit Pohon hingga Beli Kembali Gergaji Mesin

Ada sekitar 2.000 nelayan di 15 titik di seluruh Indonesia yang sudah menggunakan aplikasi Aruna. Utari saat ini tertantang untuk menjangkau nelayan lain yang mencapai ratusan ribu orang agar memanfaatkan aplikasi Aruna.

“Tantangan lainnya adalah saya akan mencoba membuat aplikasi yang mampu menyebarkan informasi tentang harga ikan melalui SMS. Masih banyak petani yang tidak memiliki ponsel Android. Mereka rata-rata menggunakan ponsel biasa yang hanya dipakai untuk menelepon dan SMS. Atau mereka biasa sebut ponsel titut,” kata Utari sambil tersenyum.

Saat ini, bagi nelayan yang tidak mengerti atau tidak memiliki ponsel android bisa dibantu oleh tim di lapangan yang dibentuk Utari. Mereka adalah anak muda di pesisir yang juga anak nelayan. Tim lapangan ini membantu memasukkan data ikan ke apikasi Aruna.

4. Iskandar dan Ronald, mantan tentara anak di konflik Maluku

Ronald Regang (kiri) dan Iskandar Slameth saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).KOMPAS.com/ FARID ASSIFA Ronald Regang (kiri) dan Iskandar Slameth saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).

Dua pemuda Ambon, Iskandar Slameth dan Ronald Regang. Keduanya adalah mantan tentara anak pada konflik berdarah di Maluku yang pecah pada tahun 1999 silam.

Ronald adalah mantan tentara anak pasukan Agas dari komunitas Kristen. Dia berperang saat berusia 10 tahun. Sedangkan Iskandar merupakan mantan tentara anak di pasukan jihad. Dia bertempur di usia 14 tahun. Keduanya terlibat langsung pertempuran di sejumlah wilayah di Ambon.

Sudah banyak nyawa melayang pada konflik yang terjadi di Maluku kala itu. Pembunuhan dan pembakaran rumah saat itu dianggap perang suci dan membanggakan.

Namun setelah keduanya mendapatkan trauma healing di Young Ambassador for Peace (YAP), Ronald dan Iskandar menyadari bahwa peristiwa berdarah ini terjadi akibat komunikasi.

Baca juga: Kisah Yulianto, Penyandang Disabilitas yang Dukung Pemilu Lewat Relawan Demokrasi

“Saat bertemu pertama kali, kami sudah mau berkelahi lagi karena kami saling membenci. Namun lama-lama kami saling berkomunikasi hingga akhirnya kami saling berpelukan. Kini kami menjadi sahabat karib,” kata Ronald diamini Iskandar.

Ronald dan Iskandar kemudian mengajak pemuda lain dari dua agama untuk berdamai. Mereka membentuk banyak komunitas yang beranggotakan muslim dan kristen. Komunitas itu beragam minat, mulai dari seni tari, musik, pecinta lingkungan dan lain sebagainya.

Lalu Ronald membentuk komunitas Red Home yang merangkul seluruh komunitas tadi.

Persahabatan mereka diabadikan dalam bentuk baliho besar yang didirikan di pusat kota.

“Baliho kami sangat besar dan bisa mengalahkan baliho caleg,” kata Iskandar sambil tertawa.

5. Alffy Rev aransemen lagu nasional

Alffy Rev saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).KOMPAS.com/ ALFFY REV Alffy Rev saat roadshow BBC Get Inspired di Universitas Merdeka Malang, Kamis (14/2/2018).

Alffy Rev, pria berusia 23 tahun mulai terkenal setelah mengaransemen lagu-lagu nasional dengan musik tradisional yang dipadu gamelan. Dia mampu mempopulerkan lagu-lagu nasional sehingga digandrungi kawula muda.

Karya-karyanya berseliweran di YouTube dan menjadi viral. Beberapa lagu nasional yang dia aransemen di antaranya ialah Tanah Air dan Ibu Pertiwi.

Pria dengan nama lengkap Awwalur Rizqi Al-Firori ini juga pernah tampil pada penutupan Asian Games 2018. Kini dia dipercaya oleh Garuda Indonesia untuk mengaransemen lagu-lagu nasional. Bahkan beberapa karyanya sudah diputar di pesawat Garuda Indonesia.

Baca juga: Dari Mojokerto ke London, Alffy Rev Ingin Menduniakan Indonesia

“Lagu nasional bagi saya bukan hanya seni musik yang hanya dinikmati tetapi juga mengandung nilai kebangsaan, sejarah dan sakralitas. Itu tidak ada di lagu lain. Saya ingin lagu nasional bisa dinikmati kawula muda dan didengerin lagi. Bukan hanya momentum saja. Biasanya kan lagu nasional dinyanyikan hanya agustusan saja,” kata

Alffy mengajak anak muda untuk kreatif dan menghasilkan karya yang bermanfaat. Dia juga mengajak anak muda untuk tidak menunggu sukses baru diapresiasi. Tetapi langsung memulai dan menunjukkan kita.

Disambut antusias

Acara berbagi inspirasi dengan tagline BBC Get Inspired ini dikemas dalam bentuk talkshow. Ada pun pesertanya adalah siswa SMA dan mahasiswa.

Di Kampus Universitas Negeri Padang, acara berbagi inspirasi dihadiri sekitar 400 peserta. Sementara di Universitas Merdeka Malang, sekitar 300 orang menyimak pengalaman kawula muda inspiratif.

Agar pesan yang disampaikan dari setiap persentasi itu mengena, ditampilkan video kiprah dan perjuangan para inspirator kawula muda melalui proyektor.

“Kami sengaja terlebih dahulu menampilkan video kiprah mereka sebelum presentasi. Hal itu agar mereka bisa memahami lebih utuh apa saja sih karya-karya mereka sehingga bisa menggugah,” kata Endang Nurdin, perwakilan dari BBC Indonesia yang merupakan penyelenggara, Kamis (14/2/2019).

Baca juga: Kisah Bu Elok, 25 Tahun Jadi Petugas Juru Pemantau Jentik Cegah DBD

Misalnya, kata Endang, ketika audiens disajikan video tentang Ronald dan Iskandar, mereka terkejut dan baru tahu ada peristiwa seperti itu di Ambon. Artinya, bahwa video yang ditampilkan itu komprehensif dan pesan yang disampaikan pun jelas.

Terkait BBC Get Inspired, Endang menyebutkan pihaknya sudah delapan kali menggelar acara serupa. Program itu sudah dimulai tahun 2006 dan terakhir tahun 2014. Setelah sempat vakum 2 tahun, kegiatan berbagi kisah inspiratif itu kemudian dilanjutkan.

Endang mengatakan, BBC Get Inspired bertujuan untuk menularkan inspirasi dari mereka yang memiliki kiprah yang bermanfaat bagi banyak orang. Selain itu, lanjut Endang, dalam konteks jurnalistik, BBC ingin merayakan model solution base journalisme atau jurnalisme berbasis solusi.

“Jadi berita yang ditayangkan bukan hanya terkait masalah saja, tetapi juga harus ada solusinya,” kata Endang.

Ia berharap kegiatan ini akan digelar secara rutin dengan menampilkan sosok inspiratif yang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com