Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Adit Usai Tsunami Selat Sunda, Biskuit untuk Sang Adik hingga Jadi Anak Angkat Polisi

Kompas.com - 02/01/2019, 15:41 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahmad Dinata Adit Saputra, siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kalianda, Lampung Selatan, harus menerima kenyataan pahit. Tsunami Selat Sunda telah merenggut nyawa ibu dan adiknya pada hari Sabtu (22/12/2018) lalu.

Kenyataan tersebut terlalu berat bagi bocah penggemar sepak bola tersebut. Menurut tim relawan dari Ikatan Dokter Idonesia (IDI) di tenda pengungsian, Adit terus tampak murung dan menyendiri.

Usaha pendampingan pun terus dilakukan untuk membantu Adit melalui masa trauma tersebut. Usai berziarah di makam ibu dan adiknya, kondisi emosi Adit mulai membaik dan bisa menerima kenyataan. 

Berikut ini sepenggal cerita Adit, korban selamat tsunami Selat Sunda:

1. Adit selamat dari tsunami karena sepak bola 

Warga berusaha mencari harta benda yang dapat diselamatkan daro tumpukan runtuhan bangunan di Desa Way Muli Timur Lampung SelatanKontributor Lampung, Eni Muslihah Warga berusaha mencari harta benda yang dapat diselamatkan daro tumpukan runtuhan bangunan di Desa Way Muli Timur Lampung Selatan

Usai pulang dari Invitasi Sepak Bola U-13 Pra Penyisihan Piala Asia, penggemar tim Real Madrid tersebut melihat kampung halamannya sudah luluh lantak tersapu tsunami.

Air mata Adit pun pecah saat dirinya tak bisa menemukan kedua orangtuanya dan adik kandungnya.

Adit hanya bisa menangis. Kesedihannya begitu mendalam.

Tim relawan dari IDI pun melihat Adit lebih banyak murung dan menyendiri saat di tenda pengungsian.

"Tatapan kosong, sampai hari ketiga kami tidak tega memberi tahu kalau ibu dan adiknya meninggal," Kata Ketua IDI Lampung Selatan, Wahyu Wibisono, Senin (31/12/2018).

Wahyu mengatakan, Adit sempat mengungkapkan beberapa kali keinginannya untuk melihat rumahnya di Desa Kunjir, Kalianda, Lampung Selatan.

Setelah beberapa hari di tenda pengungsian, Adit akhirnya bertemu dengan ayah kandunganya, Subandi. Adit dan ayahnya pun segera pergi ke rumah saudaranya di Desa Way Muli, Kalianda.

Baca Juga: Adit, Bintang Sepak Bola yang Kehilangan Ibu Saat Tsunami, Kini Tak Sedih Lagi

2. Biskuit dan susu untuk sang adik

Warga melintas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang rusak akibat tsunami Selat Sunda di Kampung Nelayan, Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa (25/12/2018). BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melaporkan hingga Selasa (25/12) pagi jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda mencapai 481 orang, 1.216 orang luka, dan 67 orang lainya dinyatakan masih hilang. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/aww.MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS Warga melintas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang rusak akibat tsunami Selat Sunda di Kampung Nelayan, Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa (25/12/2018). BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melaporkan hingga Selasa (25/12) pagi jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda mencapai 481 orang, 1.216 orang luka, dan 67 orang lainya dinyatakan masih hilang. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/aww.

Saat berada di tenda pengungsian, Adit menyita perhatian relawan. Saat diberi kue, biskuit dan susu kotak, selalu disimpan di tasnya. Adit beralasan, kue dan susu tersebut ingin dia berikan kepada sang adik.

"Tasnya sampai penuh makanan dan minuman tetapi dia selalu katakan ini untuk adik," kata Wahyu Wibisono, Ketua IDI Lampung Selatan.

Saat itu, Adit masih belum mengetahui bahwa ibu dan adiknya telah meninggal dunia tersapu tsunami.

Ayah kandung pun masih ragu untuk memberitahukan nasib ibu dan adik kandung Adit ketika menjemput Adit di tenda pengungsian.

Baca Juga: Pungli Pemulangan Jenazah Korban Tsunami, 5 PNS RSDP Serang Diperiksa

3. Berziarah di makam ibu dan adik

Warga Pesisir Kalianda bawah tetap bertahan di pengungsian, Sabtu (22/12/2018).


Tribun Lampung/Dedi Sutomo Warga Pesisir Kalianda bawah tetap bertahan di pengungsian, Sabtu (22/12/2018).

Menurut Wahyu, sang ayah tampak berat untuk memberitahu kondisi ibu dan adik Adit. Ayahnya pernah berpura-pura mengajak Adit untuk menengok ibu dan adiknya di rumah sakit.

"Ayahnya lalu berdalih mengajak menengok ibu dan adiknya di rumah sakit ketika itu, untuk menghibur Adit seolah-olah keluarganya masih lengkap," tutur Wahyu.

Melihat kondisi Adit, tim trauma healing segera bertindak menangani Adit.

"Adit akhirnya diajak ke kuburan ibu dan adiknya dan sekarang dia sudah lebih baik dan bisa menerima kenyataan," tutur Wahyu.

Baca Juga: Korban Meninggal Tsunami Selat Sunda Capai 437 Orang

4. Kehadiran keluarga Aipda Turono 

Anak-anak di Posko Pengungsian Labuan tengah bermain berasama tim trauma healing, Jumat (28/12/2018). Di posko Labuan ini tercatat ada 400 pasien yang mengeluhkan berbagai penyakit, 116 di antaranya mengidap ISPA.KOMPAS.com/ACEP NAZMUDIN Anak-anak di Posko Pengungsian Labuan tengah bermain berasama tim trauma healing, Jumat (28/12/2018). Di posko Labuan ini tercatat ada 400 pasien yang mengeluhkan berbagai penyakit, 116 di antaranya mengidap ISPA.

Pada hari kedua bencana tsunami Selat Sunda, Aipda Turono dan istri mulanya datang membawa bantuan kebutuhan balita di Posko Totoharjo.

Saat menurunkan barang, dia melihat ada Adit sedang duduk sambil melamun sendirian di antara para pengungsi.

"Lalu saya tanya kenapa melamun, seketika dia langsung ingin dipeluk dan duduk di pangkuan saya," kata Turono.

Adit langsung menangis sejadi-jadinya sementara Turono sendiri belum tahu apa penyebab kesedihan anak tersebut.

"Saya peluk dan terus saya semangati. Adit menangis sampai setengah jam baru dia merasa bisa lebih tenang," kata dia.

Sejak saat itu, Turono langsung merasakan bahwa Adit yang memiliki nama lengkap Ahmad Dinata Adit Saputra memiliki kedekatan emosional dengan dirinya.

Turono meminta Adit memanggilnya dengan sebutan papi dan istrinya dengan panggilan mami.

Baca Juga: Masa Tanggap Darurat di Lampung Selatan Diperpanjang Hingga 5 Januari 2019

5. Dukungan keluarga untuk Adit

Ratusan rumah warga di pinggir pesisir pantai Lampung Selatan rata dengan tanah usai dihantam tsunami.ISTIMEWA Ratusan rumah warga di pinggir pesisir pantai Lampung Selatan rata dengan tanah usai dihantam tsunami.

Subandi, ayah kandung Adit, adalah seorang Anak Buah Kapal (ABK). Bencana tsunami telah merenggut istri dan anak bungsunya.

Subandi terpaksa memboyong Adit untuk tinggal di rumah suadaranya di Desa Way Muli.

Kehadiran keluarga Aipda Turono diharapkan bisa membantu Adit pulih dari kesedihan setelah kehilangan ibu dan adik kandungnya.

Subandi pun mengizinkan Aipda Turono untuk mengajak Adit tinggal di rumahnya beberapa hari di Kabupaten Pesawaran, yang berjarak 110 kilomenter dari lokasi bencana.

"Adit cepat berbaur dengan anak-anak seumurannya dan dia mengajarkan cara bermain bola, bahkan dia juga rajin menunaikan salat lima waktu," kata Aipda Turono.

Adit tampak terhibur di rumah Turono. Namun, sesekali tampak tatapan kosong di wajahnya. 

"Tiga hari di rumah saya, dia bilang, Papi, Adit kangen sama keluarga," kisah Turono.

Sekarang, Adit kembali pada keluarganya di Desa Way Muli. "Kapan pun Adit ingin ke rumah papinya, saya akan menjemputnya," tutup Turono.

Baca Juga: Hadiah Lomba Bakar Ikan di Jakut Disumbangkan untuk Korban Tsunami Banten

Sumber: KOMPAS.com (Eni Muslihah)

Kompas TV BNPB melaksanakan konferensi pers perihal tsunami di Selat Sunda yang disampaikan oleh Kapusdatin BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo menyampaikan hingga H 9 kejadian tsunami di Selat Sunda, korban masih belum ditemukan seluruhnya dan pengungsi masih membutuhkan bantuan walau logistik cukup hingga 7 hari ke depan. Senin (31/12/2018) siang disampaikan 437 orang meninggal dunia (426 orang telah dimakamkan dan telah teridentifikasi), jumlah korban luka-luka 14.059 orang, 16 orang dinyatakan masih hilang dan terus dilakukan pencarian oleh tim SAR gabungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com