Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir di Kampar Riau Sudah 6 Hari Mengungsi di TK

Kompas.com - 15/12/2018, 08:51 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Memasuki hari keenam korban banjir di Desa Penyasawan, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, mengungsi di tingkat dua sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah yang terletak di pinggir jalan lintas Riau-Sumatera Barat, Jumat (14/12/2018).

Selama banjir akibat luapan air Sungai Kampar, para korban masih belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kampar. Sehingga, mereka memakan makanan seadanya.

"Sampai sekarang kami belum dapat bantuan dari pemerintah. Padahal kami sangat membutuhkan, baik makanan sehari-hari dan juga susu buat anak," kata Aini (26) salah satu pengungsi saat ditemui Kompas.com, Jumat.

Dikatakan dia, warga yang mengungsi di TK Aisyiyah sekitar 20 orang. Ada orang dewasa dan anak-anak.

Baca juga: TNI Berikan Bantuan ke Warga Terisolir yang Dilanda Banjir di Kampar Riau

Untuk makan sehari-hari, para korban masih memanfaatkan stok kebutuhan pokok yang masih ada tersisa. Namun, kian hari makin habis.

"Kadang kami nangkap ikan di lokasi banjir. Jadi ikan itu kami masak dan makan sama-sama," aku Aini.

Banjir di Desa Penyasawan sudah mulai surut. Namun, di rumah warga yang mengungsi di TK ini, kondisi banjir masih cukup parah.

"Rumah saya masih parah banjir. Jalan ke sana saja ketinggian air sekitar 50-70 sentimeter. Mungkin sekarang turun sekitar 30 sentimeter," kata Aini.

Baca juga: Korban Banjir di Kampar Riau Berharap Dikunjungi Jokowi

Selain itu, banjir juga sudah berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Bahkan beberapa warga mengalami berbagai penyakit.

"Sekarang ada yang hipertensi, sesak nafas, gatal-gatal dan juga ISPA," kata Aini.

Korban banjir lainnya, Mulyadi (35) mengatakan, sejak rumahnya diterjang banjir, Minggu (10/12/2018) lalu, dia mengaku langsung mengungsi.

"Kami langsung mengungsi pas air naik. Karena rumah kami dekat dengan sungai," kata Mulyadi.

Dampak ekonomi

Menurut dia, banjir ini berdampak besar bagi mata pencarian masyarakat. Sebab perkebunan dan sawah habis direndam air.

"Sangat besar dampak ke ekonomi kami. Kayak panen sawit gak bisa, menyadap karet juga tidak. Jadi kami sudah bingung. Bantuan juga belum ada dari pemerintah," ujar Mulyadi.

Menurut dia, di Desa Penyasawan ada sekitar 800 KK. Belum lagi di Desa Rumbio dan Desa Pulau Sarak.

"Kalau ketiga desa ini, lebih 1.000 KK yang terkena banjir," sambung Mulyadi.

Para korban, tambah dia, lebih banyak yang masih bertahan di rumah. Alasan warga di rumah, karena banyak barang-barang yang mesti di jaga.

Baca juga: 5 Fakta Korban Bencana Banjir di Kampar Riau, Makan Seadanya hingga Merugi Ratusan Juta

Mulyadi berharap banjir cepat berlalu, agar dapat bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan kembali ke rumahnya.

"Semoga saja banjir ini cepat hilang. Karena kami hampir satu minggu mengungsi," tutup Mulyadi.

Banjir di Kabupaten Kampar sedikitnya terdapat di enam kecamatan, yakni Kecamatan Siak Hulu, Tambang, Kampar, Kampa, Rumbio Jaya, Kampar Kiri.

Dari enam kecamatan itu, ada ribuan rumah yang dilanda banjir. Selain itu, perkebunan dan juga sawah.

Baca juga: Korban Banjir di Kampar Riau Mengeluh Tak Dapat Bantuan

Sebagaimana diketahui, banjir di Kabupaten Kampar terjadi setelah lima pintu air waduk PLTA Koto Panjang dibuka dengan ketinggian 180 sentimeter, sehingga air sungai meluap ke rumah-rumah warga di sekitar pinggiran sungai.

Namun saat ini, pintu air waduk PLTA Koto Panjang sudah diturunkan menjadi 120 sentimeter. Sehingga, luapan air sungai di sisi hilir perlahan surut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com