KOMPAS.com — Apa yang dialami Jimmy Rajagukguk (Aritonang) di Nduga, Papua, pada hari Sabtu (1/12/2018), tidak akan pernah hilang dari ingatannya.
Bau mesiu saat senjata api anggota KKB memberondong rekan-rekannya di Puncak Kabo, jeritan minta tolong, hingga ucapan doa kepada Sang Khalik mohon keselamatan seakan melekat di benak Jimmy.
Jimmy masih bisa merasakan detak jantungnya semakin kencang saat dirinya dan belasan rekan kerjanya digiring menuju Puncak Kabo untuk dibantai.
Jimmy selamat dari tembakan dan kejaran anggota KKB. Trauma masih terlihat di wajah Jimmy, namun dirinya bersedia membagikan kisah hidup yang tak akan pernah dia lupakan. Berikut ini sejumlah kisah Jimmy, korban selamat dari serangan KKB di Nduga:
Pada hari itu, sekitar belasan pegawai PT Istaka Karya berada di dalam salah satu ruangan kantor tengah berkumpul sambil bermain kartu domino untuk menghabiskan waktu istirahat sekitar pukul 15.00 WIT.
Tiba-tiba beberapa anggota KKB datang dengan membawa senjata api dan senjata tajam mendobrak pintu kantor dan kamar kamp tempat Jimmy bekerja.
Saat itu, para pekerja menolak membukakan pintu. Beberapa pekerja sempat melawan, namun gagal. Akhirnya, 24 pegawai PT Istaka dan 1 pegawai PUPR dikumpulkan.
“Lalu kami dikumpulkan dan disuruh berbaris. Tak hanya itu mereka meminta kami membuka baju dan merampas telepon, dompet, dan uang milik kami,” katanya Jimmy.
Saat itu, KKB meminta para pekerja menghubungi pimpinan kamp pekerja, yaitu Jonny Arung.
Baca Juga: Jimmy Kisahkan Penyerangan KKB di Nduga Papua: Pintu Didobrak, Kami Disuruh Berbaris (1)
Jimmy mengatakan, KKB memaksa para pekerja melepas baju dan sepatu. Lalu mereka digiring keluar kamp untuk dibawa ke Puncak Kabo.
“Awalnya kami akan ke Puncak Kabo. Namun, setelah kira-kira 2 jam berjalan kaki, KKB ini meminta berhenti dan mengikat kami semua. Katanya mereka menunggu bos kami, Jonny Arung (korban yang saat ini belum ditemukan). Jonny adalah bos kami di lapangan. Dia juga bagian humas di PT Istaka Karya,” kata Jimmy.
Saat itu terlihat seorang pendeta dan dua warga setempat datang ke lokasi upacara adat bakar batu untuk menemui para kelompok KKB. Pendeta dan warga tersebut meminta KKB melepaskan seluruh karyawan PT Istaka Karya.
“Saat itu mereka enggan melepaskan kami dan meminta kepada pendeta dan dua orang anggota masyarakat agar bos datang. Kalau ia datang, kami lepaskan mereka. Lalu pendeta bersama masyarakat itu pergi meninggalkan kami,” ungkapnya.