Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Sepasang Gading Stegodon di Majalengka, Panjang 3 Meter hingga Kendala Dana

Kompas.com - 12/12/2018, 13:41 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Tim ahli menemukan sepasang gading stegodon berumur plestosen awal atau sekitar 1,5 juta tahun. Penemuan tersebut dikomandoi oleh Tim Laboratorium Paleontologi Institut Teknologi Bandung (ITB) di Majalengka, Jawa Barat. 

Tim menjelaskan, penemuan gading tersebut tidak hanya stegodon namun besar kemungkinan keberadaan fosil vertebrata.

Ketua Lab Paleontologi ITB Prof Jahdi Zaim mengatakan, penemuan gading ini sebetulnya sudah lebih dari lima tahun lalu. Tim ahli berharap ada penelitian lanjutan, namun terkendala dana. 

Berikut ini fakta lengkap dari penemuan fosil di Majalengka:

1. Penemuan terbesar dan berarti bagi para ahli

Replika fosil gajah purba yang dipamerkan oleh Musim Geologi di BanyuwangiKOMPAS.COM/Ira Rachmawati Replika fosil gajah purba yang dipamerkan oleh Musim Geologi di Banyuwangi

Profesor Jahdi Zaim mengatakan, pihaknya belum bisa menyebutkan secara detail lokasi penemuan itu karena masih dalam penelitian.

Ada kemungkinan temuan fosil lainnya pun kemungkinan bisa terjadi, termasuk tengkorak stegodon tersebut. Para ahli pun menjaga agar lokasi tersebut dari tangan-tangan tak bertanggung jawab.

"Temuan ini sangat spektakuler untuk ITB, untuk Geologi, dan lab kami, dan ini merupakan temuan gading di tahun 2018 terbesar di Indonesia," ujarnya.

Penemuan ini berawal dari informasi penduduk setempat bahwa di salah satu bagian tepi sungai ditemukan fosil yang seperti gading. Setelah digali lebih dalam, didapatkanlah dua pasang fosil tersebut.

"Sampai akhirnya kita angkat meskipun tidak utuh dan perlu dilakukan rekonstruksi," kata Aswan, anggota tim peneliti.

Baca Juga: Peneliti ITB Temukan Fosil Gading Stegodon Berumur 1,5 Juta Tahun

2. Ukuran gading mencapai 3 meter 

Ilustrasi seekor gajah.THINKSTOCKPHOTOS Ilustrasi seekor gajah.

Tim ahli menjelaskan, ukuran fosil gading yang ditemukan memiliki panjang lurus dari ujung ke ujung gading 3,30 meter, sedangkan panjang lengkung 3,60 meter.

Dr Mika R Puspaningrum, salah satu ahli stegodon, menjelaskan, fosil gading tersebut berasal dari stegodon dewasa dan mungkin sudah sangat tua.

Hal itu terlihat dari ujung gading yang audah aus atau berbentuk pipih. Jika dilihat dari ukuran gading, stegodon ini berjenis kelamin jantan dengan tinggi tubuh lebih dari 3 meter.

"Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa, kemungkinan saat pulau Jawa ini baru menjadi daratan, dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan," kata ahli stegodon tersebut.

Mika memperkirakan, penyebab kematian stegodon ini karena terperosok, pasalnya stegodon ditemukan di sedimen yang berupa lempung.

Baca Juga: 60 Persen Fosil Manusia Purba Dunia Ditemukan di Indonesia

3. Kendala eskavasi, cuaca buruk dan banjir

Fosil kayu koleksi Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Fosil kayu koleksi Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).

Proses ekskavasi fosil membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Fosil gading tersebut berada berada pada batuan pejal dan keras.

Di samping itu, cuaca pun menjadi salah satu kendala, sebab saat ekskavasi sering turun hujan. Banjir bandang pun sempat terjadi dan membuat para lokasi galian fosil terendam banjir.

Akibatnya, fosil menjadi rapuh, begitu juga batu lempung menjadi tambah liat sehingga menyulitkan ekskavasi pengambilan fosil. Sehingga, para ahli terpaksa menghentikan ekskavasi sambil menunggu air surut.

Setelah seharian ekskavasi, akhirnya fosil gading stegodon dapat diangkat, tetapi dalam keadaan lapuk dan rapuh sehingga hancur terfragmentasi.

Tim Paleontologi ITB, membawa fosil ke Museum Geologi Bandung untuk restorasi dan rekonstruksi.

"Adapun pengambilan sangat sulit karena pada saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras, di sini pun (fosil) banyak yang tidak bisa keangkat secara utuh," kata Nur Rochim, salah satu tim teknisi ekskavasi.

Baca Juga: Dunia Mengakui Arkeologi Indonesia, tetapi Pemerintah Berdiam Diri

4. Eskavasi lanjutan membutuhkan dana

Sebuah fosil hewan laut yang ada di Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Sebuah fosil hewan laut yang ada di Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).

Tim ahli menemukan fosil gading stegodon di Majalengka ternyata sepasang. Artinya, ada kemungkinan masih ada fosil lain di bawah gading tersebut.

Menurut Dr. Yan Rizal sebagai dosen dan anggota tim, proses ekskavasi lanjutan perlu dilakukan, namun juga membutuhkan dana yang cukup besar. 

Temuan ini sangat penting untuk melihat fosil utuh stegodon dan untuk penelitian lanjutan.

Selama ekskavasi di lapangan, transportasi fosil ke Bandung dan rekonstruksi/restorasi dilakukan oleh para ahli dari Museum Geologi – Badan Geologi Bandung yang juga dapat terlaksana atas bantuan finansial dari LAPI ITB.

Kini fosil tersebut dipajang di lobi Prodi Teknik Geologi ITB.

Baca Juga: Kurangi Kendaraan Berbahan Bakar Fosil, UI Akan Gunakan Bus Listrik

5. Diduga banyak fosil purba di lokasi penemuan

Seorang siswa sedang melihat bebatuan mengandung emas di pameran geologi Bandung di hotel Santika Banyuwangi Kamis (5/4/2018)KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Seorang siswa sedang melihat bebatuan mengandung emas di pameran geologi Bandung di hotel Santika Banyuwangi Kamis (5/4/2018)

Menurut Prof Jahdi Zaim, penemuan fosil gading itu bukan sebatas stegodon, tapi juga fosil vertebrata. Penelitiannya pun membutuhkan proses lama dan penuh kendala.

"Selain itu juga ada buaya, dan tumbuh-tumbuhan purba. Awalnya fosil itu terlihat hanya kecil yang terus terang sempat kecewa karena sudah jauh-jauh datang akan tetapi temuannya terlihat rusak dan kecil. Akan tetapi setelah tekun melakukan ekskavasi ternyata gading tersebut luar biasa," ungkapnya dikutip di laman ITB.

Pihaknya belum bisa menyebutkan secara detail lokasi penemuan itu karena masih dalam penelitian.

Bahkan kemungkinan temuan fosil lainnya pun kemungkinan bisa terjadi, termasuk tengkorak stegodon tersebut.

Baca Juga: Tiga Replika Tengkorak Manusia Purba Sangiran Dipamerkan di Gorontalo

Sumber: KOMPAS.com (Agie Permadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com