Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Pasca-serangan KKB di Nduga, Tak Gunakan Serangan Udara hingga Satu Jenazah Ditemukan

Kompas.com - 10/12/2018, 17:25 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

“Kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom, TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infanteri yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit. Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI hanya heli angkut jenis bell dan MI-17. Tidak ada heli serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom,” ungkap dia, Minggu (9/12/2018).

Hingga saat ini, TNI belum pernah melakukan serangan. Sebaliknya, pada saat TNI dan Polri melaksanakan upaya evakuasi, mendapat serangan dari KKB.

Akibatnya, terjadi kontak tembak dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak.

Baca Juga: TNI: Tak Ada Pengeboman di Nduga, Berita Itu Bohong

4. Keluarga Emanual Bano mendapat santunan

Keluarga Emanuel Bano mendapat santunan dari PT Istaka Karya. Santunan diberikan oleh Mizadi, mewakili PT Istaka Karya Jawa Timur, yang membawahi wilayah NTT.

Santunan sebesar Rp 25 juta itu diterima oleh kedua orangtua Emanuel, Martinus Bano dan Yoneta Koko, serta Ira Bano yang adalah adik kandung Emanuel.

"Uang Rp 25 juta itu baru sebagian yang kami serahkan dan nanti sisanya akan ada perhitungan lagi, sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja. Yang jelas, masih ada tambahan santunan," ucap Mizadi.

Mizadi enggan merinci sisa santunan dan juga waktu penyerahan santunan tambahan karena masih berkomunikasi dengan pihak Kementerian Tenaga Kerja.

"Nanti, seluruh korban akan mendapatkan santunan dengan nominal yang sama," ucap Mizadi.

Mizadi mengaku, pihaknya akan terus berkomunikasi dengan keluarga Emanuel.

Baca Juga: Jenazah Emanuel Korban KKB di Papua Diantar Pulang dan Diberi Santunan

5. Monumen untuk para korban di Nduga

Aparat TNI Polri di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga saat akan melakukan pencarian korban di Bukit Kabo. KOMPAS.com/Istimewa Aparat TNI Polri di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga saat akan melakukan pencarian korban di Bukit Kabo.

Kepala Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah XVII Papua Osman Harianto Marbun berencana mengusulkan pembangunan monumen untuk peringatan tragedi pembantaian puluhan pekerja PT Istaka Karya, di lokasi pembangunan jembatan penghubung Trans Papua di Kali Yali-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, pada Minggu (2/12/2018) lalu.

Usulan dari warganet itu akan disampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) atau pemerintah pusat.

“Iya, saya sudah dapat banyak masukan mengenai banyaknya permintaan untuk dibangun monumen atas nama para korban dan menjadikan nama jalan di lokasi pembunuhan dengan nama pegawai BBPJN Papua yang meninggal, Efrandi Perjuangan Hutagaol,” kata Osman, ketika diminta tanggapannya oleh wartawan, Sabtu (8/12/2018) malam.

Menurut Osman, korban yang dibantai oleh KKB adalah para pejuang pembangunan Jalan Trans Papua. 

Baca Juga: Diusulkan, Monumen di Lokasi Pembantaian Pekerja Proyek Jalan di Nduga Papua

Sumber: KOMPAS.com (John Roy Purba, Sigiranus Bere)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com