Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satpol PP Lhokseumawe Kewalahan Atasi Serbuan Gelandangan dan Pengemis

Kompas.com - 10/12/2018, 10:59 WIB
Masriadi ,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Ian Whiteley merupakan pensiunan yang hartanya dibawa mantan istrinya setelah mereka bercerai.

“Lucu orang satpol (satuan polisi pamong praja) itu. Masak kami ditangkap, dilarang meminta sumbangan. Padahal itu kan sumbangan orang baik buat kami,” katanya.

Dia mengaku, sudah beberapa kali ditangkap oleh Satpol PP dan WH Kota Lhokseumawe. Ditangkap pagi hari, sorenya dilepas.

“Saya menganggap mereka itu menahan orang untuk berbuat baik. Orang mau sedekah kok dilarang-larang,” kilahnya.

Baca juga: Puluhan Gelandangan dan Manusia Gerobak Terjaring Razia Pekat di Jaktim

Zainabon salah satu pengemis legendaris di kota itu. Dia kerap mangkal di Pos Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kuta Blang, Kota Lhokseumawe. Sekali waktu, dia juga berkeliling dari warung kopi ke warung kopi.

“Saya orang Lhokseumawe, jadi masak ditangkap oleh aparat negara Lhokseumawe juga,” katanya.

Lalu berapa rupiah dalam sehari masuk ke dompet Zainabon?

“Tidak banyak, kadang Rp 50.000, kadang Rp 100.000,” sebutnya. Namun, Zainabon mengaku seringkali mendapat uang pecahan Rp 50.000 jika menyisir warung kopi ke warung kopi.

“Saya tak bisa bekerja, kaki saya sakit, bengkak dan enggak sembuh-sembuh,” terangnya. Saat ditanya sakit apa, Zainabon enggan menjawab. Bahkan, langsung pergi meninggalkan warung itu.

Kalangan pengemis ini bukan sebatas kaum dewasa. Anak-anak pun terdapat di antara mereka. Usianya belum genap sepuluh tahun. Dia mengaku bernama Muhammad Aziz (7).

“Saya tinggal di Ujong Blang, Kota Lhokseumawe,” akunya.

Aziz bersama dua teman seusianya.

“Bang minta uang buat beli nasi,” suaranya memelas.

Dia tak mau berbicara banyak tentang asal usul dan mengapa harus mengemis. Dia mengaku ibunya janda, dan ayahnya meninggal dunia. Namun saat ditanya nama orang tuanya, Aziz berlalu. Pergi meninggalkan warung itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com