Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla: Hampir Tidak Ada Negeri seperti Indonesia dalam Toleransi

Kompas.com - 26/11/2018, 14:50 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menghadiri Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah, di Auditorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Senin (26/11/2018).

Selain JK, Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, juga hadir di muktamar ini. JK bersama rombongan sampai di lokasi muktamar, di Sportorium UMY, sekitar pukul 09.53 WIB. Kedatangan JK disambut sejumlah tokoh Pemuda Muhammadiyah.

Dalam sambutannya, Jusuf Kalla berharap agar muktamar kali ini bisa merancang masa depan dari Pemuda Muhammadiyah.

"Harapan kita semua, muktamar ini, di samping mengevaluasi kepengurusan sebelumnya tentu untuk merancang apa yang dilakukan untuk masa depan," kata Jusuf Kalla, Senin.

Baca juga: Buka Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Jusuf Kalla Sempat Sindir Dahnil Anzhar

Menurut dia, bangsa Indonesia dikenal umat muslim yang terbesar tapi dalam dakwahnya selalu menyesuaikan dan menggembirakan. Sehingga, tidak menakuti masyarakat.

"Karena di situlah fungsi daripada apa yang dibicarakan hari ini bagaimana menggembirakan dakwah itu. Dan memang itu adalah sejarah kita. Di Indonesia tidak ada gambar-gambar keislaman yang pakai pedang berbeda di dengan di Timur Tengah sedikit-sedikit pedang,"ucapnya

"Itu menandakan dakwah-dakwah berbeda dengan cara kita di negeri ini. Meyakinkan dengan menggembirakan bukan meyakinkan dengan menakutkannya. Itulah Islam,"ucapnya

Untuk itu, dirinya berharap agar dilanjutkan dakwah yang damai seperti apa yang dilakukan Muhammadiyah selama ini.

"Bahwa yang telah dilakukan Muhammadiyah menggambarkan kemajemukan bangsa. Dengan cara menggembirakan tulus ikhlas itu yang harus menjadi prinsip pemuda-pemuda Muhammadiyah menjadi kader,"ujarnya

Menurut dia, perkembangan Islam di Indonesia amat baik. Dilihat dari jumlah masjid, orang sholat berjamaah di masjid, hingga tingginya angka naik haji di Indonesia.

Selain itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim juga melindungi minoritas. Semua bisa berkembang baik di sini dengan saling hormat menghormati. Apa yang dilakukan Muhammadiyah mengabarkan memajukan bangsa dengan cara menggembirakan dengan tulus.

JK mengatakan, Semua orang bicara toleransi.

Toleransi yang besar menghormati yang kecil, dan yang kecil tentu juga menghormati yang besar.

"Hampir tidak ada negeri seperti Indonesia dalam toleransi. Kalau ada orang yang sering meragukan toleransi umat Islam Indonesia tentu tidak sesuai dengan kenyataan," katanya.

Dia menambahkan, Indonesia ini mayoritas Islam, tapi apabila berbicara dengan turis yang dikemukakan Borobudur, Bali, semuanya ciri suatu yang tentu bukan islami. Tetapi, tetap menjadi kebanggaan bangsa secara bersama-sama.

"Itu artinya umat Islam sangat toleran. Kalau di Timur Tengah saya kira sudah hancur-hancuran Borobudur, kalau ada Borobudur di Timur Tengah sekarang ini,"ucapnya.

Jusuf Kalla berharap muktamar Pemuda Muhammadiyah bisa memberikan hasil yang baik dan upaya semangat.

"Saya yakin Pemuda Muhammadiyah bagian utama untuk memajukan bangsanya,"ucapnya lagi.

Setelah pidato, JK membuka Muktamar Pemuda Muhammadiyah dengan memukul kentongan bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nasir, Ketua Pemuda Muhammadiyah dan sejumlah tokoh lainnya.

Agenda muktamar yang digelar 25 sampai 28 November 2018 yakni laporan pertanggungjawaban PP Muhammadiyah Periode 2014- 2018, pembahasan perubahan AD/ART, pembahasan kebijakan program Pemuda Muhammadiyah 2018-2022, rekomendasi Khittah Yogyakarta dan Pemilihan Ketua Umum dan Formatur PP Pemuda Muhammadiyah 2018-2022. 

Kompas TV Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi membantah ada penyelewengan dana dalam pelaksanaan Kemah dan Apel Pemuda Islam Indonesia tahun 2017 lalu. Menpora mengakui bahwa kegiatan Kemah dan Apel Pemuda Islam adalah inisiatifnya. Namun Menpora mengklaim semua anggaran telah digunakan sesuai prosedur mulai dari pencairan hingga pelaporan hasil kegiatan. Imam Nahrawi juga tidak tahu soal dugaan penyelewengan dana ini. Menpora meminta Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah untuk ikut menelusuri pelapor kasus ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com