Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rismaida Damanik, 35 tahun Menjadi Guru SD di Belakang Jurang Danau Toba

Kompas.com - 21/11/2018, 06:00 WIB
Aji YK Putra,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SIMALUNGUN, KOMPAS.com - Suara riuh terdengar di samping bangunan lima ruang yang berada di belakang jurang Danau Toba, Desa Huta Mula, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Anak-anak Sekolah Dasar (SD) Negeri 091437, ternyata sedang asyik menjawab pertanyaan dari Rismaida Damanik, yang mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Sosok Rismaida adalah satu-satunya guru terlama yang sudah mengabdi di sekolah tersebut. 35 tahun lamanya, ia telah menjadi tenaga pengajar di sekolah yang berdiri sejak 1965 itu.

Meskipun menjabat sebagai kepala sekolah, ibu dari empat orang anak itu juga tetap mengajar seperti guru pada umumnya.

Mau tak mau, Rismaida memang harus ikut turun tangan memberikan mata pelajaran kepada anak-anak.

Hal ini dikarenakan SD di tempatnya mengajar hanya memiliki tujuh guru, yang terdiri dari lima pegawai negeri dan dua guru honorer.

Baca juga: Ribuan Guru SD Berebut Ikut Diklat Pelatihan APMS

"Sebenarnya ada sembilan, dua sudah pensiun, tapi memang di sini kekurangan guru," kata Rismaida, mengawali perbincangan dengan Kompas.com, Selasa (20/11/2018).

Kurangnya tenaga pengajar memang selalu menjadi kendala untuk di sekolah daerah terpencil di setiap nusantara.

Namun, hal tersebut tak menyurutkan niat Rismaida untuk memberikan pendidikan kepada anak sejak usia dini.

Selama 35 tahun bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) untuk tenaga pengajar, tak sedikitpun terbesit dibenak wanita tangguh ini mengajukan pindah bertugas seperti di Dinas Pendidikan maupun sekolah lain yang lebih laik. 

Para murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 091437 Desa Huta Mula, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, saat sedang mendengarkan pengarahan Rismaida Damanik kepala sekolah SD tersebut. 
KOMPAS.com/ Aji YK Putra Para murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 091437 Desa Huta Mula, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, saat sedang mendengarkan pengarahan Rismaida Damanik kepala sekolah SD tersebut.

"Misi saya di sini mau anak-anak di kampung kelahiran saya harus maju, jangan sampai tertinggal. Apalagi soal pendidikan," ujar dia.

Kurangnya pendidikan anak sejak dini menjadikan salah satu alasan Rismaida untuk tetap mengajar di Desa Huta Mula.

Awal sekolah itu berdiri tahun 1965, hanya beberapa murid yang menyempatkan diri untuk belajar di sekolah.

Kebutuhan ekonomi keluarga yang pas-pasan, berdampak kepada anak mereka untuk lebih memilih berladang maupun ke kebun membantu orangtua, dibandingkan mengikuti masa pendidikan di sekolah.

Rismaida yang begitu gigih pun akhirnya terketuk untuk memberikan sosialisasi kepada orangtua tentang pentingnya pendidikan sejak SD.

Baca juga: Kabupaten Semarang Kekurangan 1.350 Guru SD dan SMP

"Waktu pertama mengajar muridnya di sini sedikit, bahkan anak-anak datang ke sekolah badannya kotor, enggak pakai alas kaki, atau tas, tapi saya tetap mengajar," ujar dia.

Pelajaran pertama sebagai guru yang diterapkan Rismaida kala itu adalah pentingnya menjaga kebersihan, terutama di sekolah kepada murid. Satu persatu anak didik pun akhirnya mengikuti apa yang disampaikan Rismaida.

"Pada 1990-an, kesadaran murid dan orangtua meningkat, mulai bersih dan anak-anak mereka ke sekolah pakai sepatu," kenang dia.

Ruang kelas yang pada masa itu hanya terbuat dari papan, serta atap seng, sering menjadi permalasahan Rismaida dan anak-anak muridnya ketika belajar.

Bahkan, lantai seluruh ruangan hanya beralaskan tanah. Tak jarang tempat belajar pun menjadi becek terkena air.

Guyuran hujan yang sering terjadi pada musimnya, juga sempat merendam sekolah hingga masuk ke ruangan. Karena, bangunan sekolah berada di tempat rendah dibandingkan rumah warga.

"Kalau diingat dulu sangat sedih, kami juga harus pindah-pindah tempat kalau hujan, karena atapnya bocor. Dibandingkan sekarang sudah jauh, ruang kelas sudah beton semua walaupun hanya lima ruangan," ujar dia. 

Proses perbaikan ruang kelas pun membutuhkan waktu yang panjang. Pada 2008, barulah SD  091437 menjalani renovasi.

Seluruh ruang kelas dibuat dari batu bata. Bahkan saat ini, sudah ada 111 murid yang sekolah di sana sejak sekolah mulai layak digunakan. 

Tak sedikit jebolan dari SD 091437 sudah membuat bangga sekolah. Beberapa di antaranya ada yang telah menjadi dokter, perwira TNI hingga Polri.

"Saya bersyukur, ilmu yang dikasih bisa diterima dengan baik, bahkan sampai ke pendidikan tinggi. Bahkan semuanya berhasil. Kadang ketemu di jalan suka sapa, saya kadang lupa tapi mereka ingat, yang jadi jurnalis juga ada,” ucap dia.

Tempuh jarak 30 kilometer untuk mengajar

Jarak tempuh sejauh 30 kilometer sudah biasa dilalui Rismaida untuk mengajar di sekolah dari rumahnya yang terletak Kecamatan Raya.

Ia biasa menumpang mobil angkutan desa menuju tempat mengajar.

Baca juga: Kemendikbud Akan Adakan Sertifikasi Guru SMK

“Saya memimpikan semua anak di sini menjadi orang sukses dengan belajar dan membaca itu harus terus ditumbuhkan,” kata Rismaida.

Walaupun jarak tempat tinggal dengan sekolah membutuhkan waktu tempuh selama hampir tiga jam, Rismaida mengaku tak mengeluh.

Para murid sekolah dasar negeri 091437 Desa Huta Mula, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, saat sedang asyik belajar diruang kelas, Selasa (20/11/2018).
KOMPAS.com/ Aji YK Putra Para murid sekolah dasar negeri 091437 Desa Huta Mula, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, saat sedang asyik belajar diruang kelas, Selasa (20/11/2018).

“Sampai pensiun saya tetap mengajar, karena memang sudah tugas sebagai guru. Saya ingin mengabdi di sini sampai pensiun,” ujar dia.

Cita-cita Rismaida agar seluruh warga di Desa Huta Mula mendapatkan pendidikan layak hampir tercapai.

Orangtua murid yang dulunya hanya mengenal kebun untuk anak, kini sudah mulai percaya menitipkan buah hati mereka untuk menimba ilmu di sekolah.

Menjelang masa pensiun, Rismaida berharap agar sekolah ini dapat menjadi semakin laik.

“Ya seperti inilah, ruang kepala sekolah juga harus disekat menggunakan lemari, berbagi dengan ruang guru dan murid, karena memang hanya ada enam ruangan dari kelas 1 sampai 6,” ucap Rismaidi mengakhiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com