INDRALAYA, KOMPAS.com-Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan memberikan penjelasan terkait meninggalnya santri bernama Finanda Juni Harta (14), yang duduk di bangku kelas 2 MTS, Senin (22/10/2018) kemarin.
Sebelum memberi keterangan, pihak pimpinan Ponpes Raudhatul Ulum terlebih dahulu menggelar rapat bersama pengurus dan pihak yayasan.
Usai rapat yang berlangsung sekitar 1 jam, barulah pihak pesantren keluar ruangan dan memberi penjelasan kepada pers melalui wakil mudir pesantren KH Karim Umar.
Kepada wartawan, Rabu (24/10/2018), Karim membenarkan ada santrinya bernama Finanda Juni Harta yang meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Ogan Ilir, Senin lalu.
Menurut Karim, awalnya pihak pesantren mendapat laporan dari pengurus pesantren bahwa ada santri yang sakit. Karena sakit, oleh pengurus, santri Finanda dibawa ke puskesmas terdekat untuk diobati.
Baca juga: Santri di Ogan Ilir Tewas Diduga Dianiaya, Korban Sempat Minta Pindah Sekolah
Karena sakitnya serius, oleh pihak puskesmas, Finanda dirujuk ke RSUD Ogan Ilir untuk mendapat perawatan lebih intensif.
“Namun ketika dirawat di rumah sakit, Finanda meninggal dunia. Oleh pihak pesantren, jenazah Finanda di antar ke rumah orangtuanya di Kota Sekayu, Musi Banyuasin dengan didampingi 4 orang guru,” jelasnya.
Karim mengungkapkan, pihak pesantren baru mengetahui kalau orang tua mempersoalkan kematian Finanda setelah mereka melapor ke Polda Sumsel. Pihak Polda Sumsel datang ke pesantren untuk melakukan pemeriksaan, Selasa malam.
KH Karim Umar juga membenarkan ada salah satu santrinya yang dibawa ke Polda Sumsel untuk didalami keterangannya.
"Kami akan mendampingi santri kami yang sedang dimintai keterangan di Polda. Kami juga akan kooperatif dan siap kapan pun jika pihak penyidik polda membutuhkan keterangan dari kami,” katanya.
Terakhir, Karim mengatakan, hanya itulah keterangan yang dapat pesantren berikan. Untuk persoalan hukum dan hasil pemeriksaan, Karim mempersilakan untuk menanyakannya ke Polda Sumsel.