Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Lengkap Eman, Kiper Satu Kaki Terbaik Dunia Asal Majalengka

Kompas.com - 23/10/2018, 16:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tendangan sang kiper satu kaki, Eman Sulaeman, sudah mendunia. Eman pun dikukuhkan menjadi kiper yang terbaik dalam ajang Street Soccer Homeless World Cup 2016 silam di Galsgow, Skotlandia.

Mungkin banyak dari kita yang tidak mengetahui kisah hidup pria asal Majalengka tersebut. Selain menjadi kiper berkaki satu terbaik, Eman saat ini sedang menggapai cita-citanya untuk membahagiakan orangtua dan negaranya, Indonesia.

Inilah fakta di balik kisah hidup sang kiper berkaki satu terbaik dari Majalengka.

1. Arti cinta keluarga bagi Eman Sulaeman

Eman Sulaeman memperbaiki sejumlah unit alat komunikasi di ruang kerjanya, Minggu (12/9/2018). Kerjaan ini dilakukan usai dirinya melatih sepak bola futsal anak-anak di GOR Indorencana, Majalengka, Jawa Barat.Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman memperbaiki sejumlah unit alat komunikasi di ruang kerjanya, Minggu (12/9/2018). Kerjaan ini dilakukan usai dirinya melatih sepak bola futsal anak-anak di GOR Indorencana, Majalengka, Jawa Barat.Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Eman Sulaeman (30) lahir di sebuah keluarga petani yang sederhana di Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Eman adalah anak kedelapan dari pasangan Suhana (78) dan Opi Sopiah (60).

Eman memiliki tujuh saudaranya, yakni Mimin (45), Maman (44), Yaya (43), Didi (alm) 25), Nani (38), Sholeh Udin (37), dan Jaja (35). Meski kondisi fisiknya tidak sempurna, namun Eman tetap percaya diri dan pantang menyerah. Kaki kanannya normal, namun kaki kiri Eman hanya sebatas lutut.

Awal mula Eman mencintai olahraga sepak bola tak lepas dari sang kakak, Jaja. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, Jaja selalu mengajak adiknya menonton sepak bola.

Eman dan Jaja memang sangat dekat. Bahkan, Jaja akan pasang badan jika ada orang lain yang mengganggu Eman.

Selain itu, cinta kedua orangtuanya pun terus membangkitkan semangat Eman untuk meraih cita-cita. Orangtuanya selalu meyakinkan Eman bahwa kekurangan fisik bukanlah menjadi penghalang untuk meraih cita-cita.

Tetes air mata kebahagiaan kedua orangtua Eman pun luruh ketika melihat video Eman saat dinobatkan menjadi kiper terbaik di ajang Street Soccer Homeless World Cup di Galsgow.

Dengan penghargaan dan hadiah yang diraihnya, Eman ingin membahagiakan kedua orangtuanya.

“Ibu bapak menjadi petani bukan tanah sendiri, melainkan penggarap atau buruh tani. Saya ingin membahagiakan keduanya,” harap Eman kepada Kompas.com bulan September 2018 lalu.

Baca Juga: Kisah Eman Sulaeman Jadi Kiper Terbaik Dunia Meski Hanya Punya Satu Kaki (1)

2. Mengenal sepak bola dari sang kakak

Ilustrasi sepak bola.Ilustrasi | Shutterstock Ilustrasi sepak bola.

Masih segar di ingatan Eman, sekitar tahun 1996 ketika ia masih duduk di bangku kelas II SDN 1 Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Eman kerap kali diajak bermain sepak bola oleh kakaknya, Jaja (35), setiap sore.

Waktu itu, Eman terus memperhatikan sang kakak dan teman-temannya bermain bola.

Eman pun memberanikan diri untuk meminta bantuan Jaja berlatih sepak bola. Jaja pun memenuhi permintaan Eman dan mengajari adiknya penuh kesabaran.

Kondisi fisik Eman yang kurang membuatnya sempat kesulitan. Seperti diketahui, sepak bola adalah olahraga yang mengandalkan gerakan kaki untuk berlari dan menendang.

“Awalnya kesulitan karena kondisi fisik yang seperti ini. Tapi Kang Jaja selalu memotivasi dan mendidik saya agar tetap bagus bermain bola. Guru saya ya kakak saya,” kata Eman saat ditemui usai latihan di GOR.

Untuk belajar berlari kencang, Eman menggunakan bantuan tangan kirinya. Sesekali merasa kesulitan dan kesakitan, namun Eman tak berhenti terus berlatih.

Baca Juga: Kisah Eman, Kiper Satu Kaki Terbaik Dunia: Diremehkan hingga Menangis Bukan Penghalang (2)

3. Kerap dipandang sebelah mata karena kekurangan fisiknya

Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Pria kelahiran 7 Februari 1988 tersebut mengaku, saat mulai mengenal sepak bola dengan sang kakak, Eman sering berlatih sendiri di sebuah lapangan di belakang sekolahnya.

Meski masih duduk di bangku SD, Eman masih teringat bagaimana dirinya menjadi tontonan warga saat berlatih. Pandangan iba hingga ejekan pun pernah diterimanya.

“Sebagian dari teman sendiri. Ya wajar, namanya juga anak kecil, mungkin maksudnya bercanda,” jawabnya dengan tenang.

Eman kecil saat itu pun sering menangis setelah mendapat ejekan dan cemoohan. Namun, saat mengutarakan kesedihannya ke sang ibu, Eman kembali bangkit dan segera melupakan cemoohan itu.

Dukungan keluarga membuat Eman terus berlatih dan akhirnya dipercaya menjadi penyerang di tim sepak bola di sekolahnya.

“Yang tadinya SD malu-malu, meningkat ke SMP, terus ke SMK dan hingga kuliah semakin matang. Saya selalu bermain bola dengan posisi sebagai penyerang,” katanya.

Baca Juga: Raih 2 Perak di Asian Para Games, Atlet Lari Aryanti Berjuang Memajukan Olahraga Disabilitas (2)

4. Perjalanan ke Glasgow untuk harumkan Indonesia

Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Setelah berlatih sekian lama, akhirnya Eman mendapat ajakan dari Roni, salah teman Eman bermain futsal, untuk mengikuti seleksi tim nasional Street Soccer Homeless World Cup 2016.

Eman mengikuti seleksi selama tiga hari, tes administrasi dan tes bermain yang bersaing ketat dengan lebih dari 100 orang dari berbagai provinsi di Indonesia.

Eman pun terpilih dan dinyatakan lulus sebagai penjaga gawang dari total 12 orang yang dites menjadi kiper.

Eman sadar, kekurangan fisiknya memang menjadi halangan, namun tidak berarti dirinya tidak mampu. Eman akhirnya terpilih bersama 9 orang lainnya untuk berangkat mewakili Indonesia ke Skotlandia. Tim dari Indonesia memberangkatkan 2 kiper, 6 pemain, 1 manajer dan 1 pelatih lalu mengikuti pemusatan latihan selama satu bulan.

Pada saat pertandingan, Eman bersama timnas lolos di dua grup. Pertandingan pertama setelah melawan Meksiko, India, Argentina, Kamboja dan Burkina Faso, tim Indonesia lolos dengan posisi runner-up.

Langkah timnas terjegal saat melawan Meksiko di perempat final. Indonesia menduduki peringkat pemenang ketujuh setelah melawan Hungaria dan Eman ditetapkan sebagai kiper terbaik dalam ajang tersebut.

Baca Juga: Harapan Nanda Mei, Atlet yang Gagal Ikut Asian Para Games karena Cedera Jelang Tanding

5. Momen membahagiakan bagi orangtua

Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Salah satu kebahagiaan yang tak terlupakan bagi Eman adalah saat memberi tahu dirinya akan berangkat ke Glasgow kepada sang ibu.

“Mereka kaget, saat tahu saya lolos dan mau ke luar negeri. Kata ibu 'mau ke luar negeri, uangnya dari mana?'. Saya menjelaskan dan ibu terharu dan nangis bangga,” kenang Eman.

Kekhawatiran ibunya soal dana dinilai wajar, karena penghasilan sebagai buruh tani tidak mampu untuk membiayai Eman pergi ke luar negeri.

Kebahagiaan orangtua bertambah setelah mengetahui bahwa Eman dinobatkan sebagai kiper terbaik. Ibunya pun punya kesempatan menyaksikan aksi anaknya di Glasgow melalui telepon genggam milik teman Eman.

“Kan enggak ada di TV, jadi pakai Hp teman. Setelah nonton, ibu bilang, 'Saya enggak nyangka, Eman sampe ke sana (luar negeri)',” ungkapnya.

Setelah kembali ke tanah air, Eman juga menerima penghargaan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Olahraga Imam Nahrowi pada Haornas di Stadion Delta Sidoarjo, Surabaya, pada 2016 silam.

Baca Juga: Cerita Ni'matul Fauziah, Atlet Tuna Netra Peraih Perak Lawnball Asian Para Games 2018 (2)

6. Eman yang rendah hati dan pekerja keras

Eman Sulaeman memperbaiki sejumlah unit alat komunikasi di ruang kerjanya, Minggu (12/9/2018). Kerjaan ini dilakukan usai dirinya melatih sepak bola futsal anak-anak di GOR Indorencana, Majalengka, Jawa Barat.Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman memperbaiki sejumlah unit alat komunikasi di ruang kerjanya, Minggu (12/9/2018). Kerjaan ini dilakukan usai dirinya melatih sepak bola futsal anak-anak di GOR Indorencana, Majalengka, Jawa Barat.Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Selain sepak bola yang telah mendarah daging, Eman juga membuktikan dirinya adalah seorang pekerja keras.

Setelah lulus SMK jurusan elektro, Eman bisa mencari rezeki dengan membuka servis televisi.

“Setelah lulus kelas tiga SMK, saya sudah bisa nyerpis televisi. Satu hari bisa pegang satu hingga dua buah televisi. Lumayan. Mulai saat itu, saya mulai jarang minta sama orangtua, dan sambil nabung untuk ongkos kuliah,” kata Eman.

Tanpa membebani orangtua, Eman kemudian mendaftar menjadi mahasiswa teknik elektro di Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag) Cirebon.

Eman berhasil mendapatkan beasiswa berprestasi untuk membiayai sejumlah semester.

“Namun setelah beasiswa selesai, dia perlu mencari uang lagi. Mulai saat itu, saya tidak hanya membuka servis elektronik, namun juga servis alat komunikasi di rumah. Satu hari bisa servis satu dua televisi, dan lima buah handphone. Hasilnya cukup lumayan untuk membiayai uang akhir masa kuliah," kata Eman.

Tahun 2012, Eman lulus dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.39. Hal itu membuat bangga pihak kampus serta keluarga bangga.

Baca Juga: Raih Perak di Asian Para Games, Hendi Guyur Dian Bonus

7. Melatih sepak bola gratis

Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.
 

Di sela senggang, Eman, kiper terbaik satu kaki asal Majalengka, juga melatih siswa SD dan SMP bermain futsal.

Eman berbagi teknik dengan anak didiknya dua kali dalam seminggu dan gratis.

Stopball! Nah kitu, kumaha tadi, berarti teu konsen. Stopball, terus geser, atur bola, oper! (Hentikan bola! Nah begitu, kenapa tadi seperti ini, berarti kamu tidak konsentrasi. Hentikan bola, terus bergeser, atur bola, oper),” kata Eman saat mengajari anak didik di tengah lapang.

Tak hanya mengajarkan teknik bermain yang baik, Eman juga selalu memberikan motivasi yang kuat kepada seluruh muridnya.

Eman dikenal bukan hanya sebagai guru, tetapi juga kakak yang baik.

“Latihannya bagus, saya diajarkan semua teknik: passing, stopball, shooting, dribbling (menggiring bola), moving (geser tempat atau zigzag), dan lainnya. Permainannya pun sportif. Saya memanggilnya Bapak Eman. Dia baik sekali,” kata Fahmi, anak didik Eman.

Baca Juga: Cerita Eko, Barista Disabilitas yang Berjuang Melawan Keterbatasan

8. Ingin mengabdi negara dan orangtua

Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.KOMPAS.com/MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Eman Sulaeman, warga Desa Tegal Sari, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang melatih sejumlah siswa SD dan SMP bermain futsal di GOR Indorencana Maja, Minggu (12/9/2018). Dia dianugerahi penghargaan sebagai Kiper Terbaik dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia, pada 2016 silam. Eman hanya memiliki satu kaki.

Eman tak dapat menyembunyikan keinginannya untuk membahagiakan orangtuanya. Eman mencoba mewujudkan kebahagiaan tersebut dengan menjajal ikut tes CPNS.

“Sebulan ini lagi bolak-balik ke kampus untuk legalisasi Ijazah di kampus (UNTAG 1945, Cirebon), sebagai persyaratan calon pegawai negeri sipil (CPNS). Mau coba kompetisi lagi melalui jalur prestasi dan disabilitas,” ungkap Eman saat ditanya rencana hidupnya.

Selain membagiakan orangtua, Eman ingin mengabdi pada negara Indonesia. Dia ingin lebih mengharumkan nama Indonesia dan bermanfaat untuk banyak orang.

“Saya ingin mencoba di kabupaten sendiri (Majalengka). Tapi kalau terpilih menjadi PNS dipindah pun saya siap. Prinsipnya, saya masih akan meluangkan waktu untuk terus melatih dan berbagi bersama anak-anak. Mungkin, sepak bola sudah mendarah daging bagi saya,” ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Eman Kiper Satu Kaki Terbaik Dunia, Gratiskan Latihan hingga Ingin Jadi PNS (3)

Sumber: KOMPAS.com (Muhamad Syahri Romdhon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com