Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2018, 14:01 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Perjalanan hidup seseorang kadang tak semanis apa yang direncanakan, namun dengan tekad yang kuat untuk bangkit dari keterpurukan bisa membuat inspirasi bagi banyak orang.

Salah satunya Eko Sugeng (34) tinggal di Sleman, Yogyakarta, yang menjadi barista atau pembuat dan penyaji kopi meski kedua tangannya diamputasi.

Ditemui di sebuah stan dalam acara temu inklusi #3 di Lapangan Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Pria Asal Pekalongan, Jawa Tengah, tampak sabar melayani antrean pembeli kopi.

Meski dengan keterbatasan dirinya cukup lincah menimbang biji kopi yang sudah di-roasting dalam timbangan digital yang diatasnya ada sebuah cangkir kecil. Menggunakan sendok dia mengambil biji kopi kering.

Baca juga: Kisah Eman, Kiper Satu Kaki Terbaik Dunia: Diremehkan hingga Menangis Bukan Penghalang (2)

Setelah ditimbang, dia memasukkan ke dalam gilingan, karena keterbatasan dirinya menutup setelah gilingan menyala, sehingga tampak beberapa biji kopi keluar, namun tak banyak. "Satu cup-nya, 15 gram," katanya kepada Kompas.com, Selasa (23/10/2018)

Setelah selesai, kopi giling dimasukkan ke kertas penyaring, disiram menggunakan air panas. Segelas kecil kopi lalu diambil oleh temannya dan disajikan kepada pemesan.

Sesekali Eko tampak meringis menahan pegal dipundaknya, seorang temannya yang juga barista disabilitas, Yuli. tampak membantu memijit pundaknya.

"Yang sulit itu membuat latte karena harus menggunakan alat-alat, sampai sekarang masih belajar,"ujarnya

"Lebih ke alat, latte ada alatnya khusus. DI Yakkum ada alatnya yang sudah dimodifikasi (sehingga memudahkan)," ucapnya. 

Baca juga: Raih 2 Perak di Asian Para Games, Atlet Lari Aryanti Berjuang Memajukan Olahraga Disabilitas (2)

Eko menceritakan awal mula kedua tangannya harus diamputasi. Dia mengatakan, sekitar tahun 2002, dirinya membantu membenahi antena milik suadaranya, dan singkat cerita ada aliran listrik yang mengenainya.

"Waktu kecelakaan usia saya masih 18 tahunan," katanya

Saat kedua tangannya diamputasi, dirinya harus memulai belajar hidup mandiri dari awal lagi. Mulai dari menggunakan pakaian hingga menulis.

Akhirnya, karena inilah dirinya tinggal di asrama milik Yakkum untuk berlatih mandiri. Saat tinggal di Yakkum, dirinya suka minum kopi di sebuah kedai kopi yakni Cafe Cupable.

"Karena saya hampir setiap hari minum kopi di sana (Cafe Cupable) oleh owner-nya ditanya kenapa tidak menjadi penyaji kopi sendiri. Baru setahun terakhir saya berlatih membuat kopi,"ucapnya

Gayung bersambut, salah satu NGO dari Asian Foundation akhirnya memberikan pelatihan kepada dirinya dan 7 orang lainnya untuk belajar mengenal seluk beluk kopi.

Baca juga: Atlet Difabel Peraih Emas Dapat Bonus Rp 1,5 Miliar, Bangun Rumah hingga Berangkatkan Haji Sang Ibu

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com