BANGKA BARAT, KOMPAS.com- Masyarakat petani lada kini bisa memanfaatkan ranting dan daun lada yang sudah tidak produktif menjadi sumber ekonomi baru.
Caranya, dengan sistem penyulingan yang kemudian menghasilkan minyak atsiri.
Didukung bahan baku yang melimpah, usaha minyak atsiri tersebut mulai dirintis di Desa Belo Laut, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
"Awalnya coba-coba, ternyata bisa berhasil. Produksinya belum bisa banyak karena baru ada satu tabung penyulingan," kata pengelola minyak atsiri, Woro Andini saat berbincang dengan Kompas.com, di rumahnya di Desa Belo Laut, Kamis (27/9/2018).
Baca juga: Polisi Gerebek Pabrik Penyulingan Merkuri di Maluku, Dua Pelajar Terlibat
Dia mengungkapkan, tabung penyulingan yang digunakan saat ini memiliki kapasitas 70 kilogram.
Tabung itu dibuat suaminya menggunakan peralatan seadanya. Termasuk untuk pengapian masih menggunakan cara tradisional yakni menggunakan tungku dengan kayu bakar.
Menurut Woro, tabung penyulingan tidak hanya digunakan untuk mengekstrak minyak lada tapi juga untuk sereh wangi.
Karena produksinya masih skala kecil, minyak hasil penyulingan pun hanya diedarkan ke sejumlah toko.
Harga jual minyak sereh wangi berkisar Rp 20.000 untuk kemasan 30 mililiter. Sementara harga minyak lada harganya ditaksir lebih mahal yakni mencapai Rp 7 juta per kilogram.
"Untuk pengolahan minyak dilakukan hati-hati. Salah atur suhu saja, tidak akan ada minyak yang bisa dihasilkan," beber Woro.
Baca juga: Tersembunyi di Tengah Kebun, Penyulingan BBM Ilegal di Prabumulih Terbongkar
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.