ACEH UTARA, KOMPAS.com – Habsah (75) duduk di pintu rumahnya di Desa Seunubok Baro, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (23/9/2018).
Bangunan yang disebutnya rumah itu hanyalah gubuk reyot dengan dinding pelepah pohon rumbia.
Sekilas gubuk itu mirip kandang ternak. Beratap daun rumbia dengan beberapa bagian tak tertutup oleh pelepah rumbia yang dijadikan dinding. Ukurannya 3 x 4 meter.
Tak ada kamar, tak ada pula ruang tamu. Bangunan persegi empat itu menjadi kamar, ruang tamu, hingga dapur untuk wanita ringkih tersebut.
Namun di situlah, Habsah menghabiskan hari tuanya.
Baca juga: Menabung 10 Tahun, Nenek Penjual Ikan Asin Akhirnya Berangkat Haji
Jika malam hari, Habsah hanya menghidupkan lampu templok karena rumah itu tidak tersambung jaringan listrik.
Ibu tiga anak itu menempati gubuk tersebut sejak awal tahun ini. Sebelumnya, dia menempati rumahnya tak jauh dari gubuk itu. Namun, rumah itu dibongkar karena sudah lapuk dan membahayakan jika ditempati.
Sebagian kayu yang masih bagus diberikan untuk anaknya untuk digunakan menempel bangunan rumah. Nenek ini juga tak ingin merepotkan buah hatinya.
“Saya tak mau merepotkan. Ini gubuk dibangun anak laki-laki saya, Maimun, sejak suami saya meninggal dunia sepuluh tahun lalu. Anak saya juga rata-rata kesulitan ekonomi,” ungkapnya dengan suara berat.
Baca juga: Kisah Nenek 89 Tahun Terjebak dalam Kebakaran Selama 1 Jam karena Dikurung di Rumah
Siang itu, dia sedang melipat pakaian di atas dipan yang dijadikan tempat tidur. Terkadang dia menginap di rumah anaknya. Namun seringkali di gubuk reyot itu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan