Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Perajin Tahu Harus Beradu Cepat dengan Dollar AS

Kompas.com - 06/09/2018, 18:44 WIB
Markus Yuwono,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Perajin lainnya, Agung Gunawan mengaku, omzetnya menurun karena banyaknya masyarakat yang sedang hajatan.

"Harganya belum dinaikkan, menunggu kesepakatan bersama dulu. Semoga harga kedelai segera stabil sehingga tidak perlu menaikkan harga," bebernya.

Salah seorang pedagang makanan, Bayu mengatakan, rata-rata setiap malamnya menjual puluhan tahu dan tempe goreng.

Sejak beberapa hari terakhir, harga tempe tetap tetap, namun ukurannya lebih kecil.

"Tempe sekarang ukurannya lebih kecil, mungkin karena kedelai mahal. Saya beli tahu dipasar awalnya Rp 1.000 mendapatkan 3 potong, sebelumnya 4 potong. Kalau tempe Rp 2.500 perlonjor, tetapi lebih kecil ukurannya," ucapnya.

Enggan Menanam Kedelai

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul, Raharjo Yuwono mengatakan, pemerintah terus mendorong peningkatan produksi kedelai lokal.

Salah satunya dengan mendorong luasan lahan pertanian kedelai. Pada 2017, luas lahannya 3.000 hektar. Namun tahun ini diperluas menjadi 5.000 hektar.

"Untuk produksi kedelai tahun ini mencapai 6.000 ton," bebernya.

Raharjo mengaku, di Gunung Kidul, tidak sepanjang tahun menanam kedelai. Saat musim kemarau, hanya sekitar 200 hektar.

"Puncak panen kedelai pada Juni sampai Juli. Kalau bulan seperti ini hanya sedikit petani yang menanam, seperti di Kecamatan Patuk dan Nglipar," ucapnya.

Rahajo mengatakan, minat petani menanam kedelai lokal tergolong rendah dibanding wilayah lainnya.

"Petani di sini minatnya kurang menanam kedelai dibanding dengan tanaman lainnya, seperti kacang tanah, karena lebih murah dan mudah," pungkasnya.

Pemerintah sendiri terus mendorong agar para petani mau menanam kedelai salah satunya dengan memudahkan memperoleh bibit dan pupuk. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com