Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Masinis LRT Palembang, Tinggalkan Istri yang Hamil hingga Gugup Bawa Presiden

Kompas.com - 04/09/2018, 07:41 WIB
Aji YK Putra,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

 

PALEMBANG, KOMPAS.com - Sudah sejak Mei 2018 lalu, Ardiansyah pindah tugas dari Bogor, Jawa Barat, ke Palembang, Sumatera Selatan, untuk menjadi masinis kereta Light Rail Transit (LRT) pertama di Indonesia.

Ardiansyah terpaksa meninggalkan istrinya yang baru dinikahinya pada Januari 2018 dan kini sedang hamil itu demi mengabdi kepada negara dengan mengemudikan LRT pertama.

Kompas.com sempat menemui pria kelahiran Bogor 7 Juni 1992 ini di stasiun DJKA Palembang saat sedang lepas tugas sebagai masinis LRT, Senin (3/9/2018).

Baca juga: Nyamannya Naik LRT Palembang, Murah dan Dingin hingga Bikin Ketiduran (1)

Ardiansyah bercerita, sebelum mengemudikan LRT Palembang, dia telah lebih dulu menjadi masinis Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line di Jabodetabek sejak lima tahun terakhir. Rute yang kerap dilayaninya adalah Bogor- Jakarta.

Namun, setelah ditunjuk oleh PT KAI untuk mengemudikan LRT, anak ketiga dari pasangan alm Qusnadi dan Winarsih ini akhirnya mengikuti pelatihan yang digelar oleh PT INKA selaku pembuat LRT di Madiun.

Satu bulan lamanya, suami Anna Iqri ini mengikuti pelatihan untuk mengoperasikan kereta LRT. Mulai dari mengenal sisi kereta hingga cara mengatasi kendala jika “Ular Besi” tersebut mengalami kendala.

“Cara pengoperasiannya (kereta LRT Palembang) beda dengan KRL. Kalau KRL memakai aliran listrik arus bawah. Tapi kalau LRT menggunakan arus atas,” kata Ardiansyah mengawali perbincangan.

Baca juga: LRT Palembang Sering Mogok, Penumpang Mengaku Kapok

Teknologi pengoperasian LRT Palembang yang dibuat PT INKA, lanjut dia, sangat modern. Bahkan sekelas KRL Jabodetabek yang berasal dari Jepang pun jauh tertinggal. 

Contohnya, sistem persinyalan kereta. Jika kereta KRL kontrol kereta dipegang penuh oleh masinis, LRT Palembang menggunakan sinyal sebagai sensor batas kecepatan kereta, terutama di lintasan yang dinilai berbahaya seperti tikungan.

“Jadi misalkan ada semacam traffic light merah, hijau dan kuning. Merah menandakan ada kendala, jadi kereta otomatis tidak akan bergerak. Hijau batas kecepatan 40 km per jam dan kuning batas kecepatan antara 30-20 km/jam biasanya itu tikungan. Sehingga ketika kereta melintas kecepatan akan otomatis berubah sendiri. Teknologinya sangat canggih,” kata pria berusia 26 tahun tersebut.

Gugup bawa presiden

Pada uji pertama kereta LRT Palembang, pihak PT INKA menjadi pemegang penuh pengoperasian kereta. Ardiansyah pun mempelajari satu per satu cara pengoperasian di lapangan, mulai saat masih dioperasikan PT INKA hingga sekarang dipegang penuh oleh KAI selaku penanggung jawab.

Baca juga: Kisah Sedih Legenda Pebalap Sepeda Indonesia, Hendrik Brocks (2)

Kali pertamanya membawa kereta LRT, Ardiansyah pun mengaku sempat gugup karena melihat banyaknya pejabat yang mengikuti uji coba.

Namun, kegugupan itu dibiaskannya untuk tetap profesional sebagai masinis yang telah terpilih menjalankan LRT.

“Awalnya kaget, waduh pejabat semua. Takutnya kan ada kendala teknis atau apa. Tapi saya coba tetap tenang dan menjalankan kereta, Alhamdulilah akhirnya berlangsung lancar,” ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com