AMBON,KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah berencana akan merelokasi ratusan warga suku Mausu Ane yang mendiami pedalaman Pulau Seram di wilayah pegunungan Morkele ketempat yang lebih aman dan mudah untuk dijangkau.
Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengatakan, rencana relokasi ratusan warga suku terasing itu telah disampaikan kepada Kepala Desa (Raja) Maeno untuk disampaikan kepada warga suku terasing.
“Saya sudah sampaikan rencana tersebut kepada Raja Maeno agar warga suku terasing itu mau dipindahkan,” kata Abua kepada Kompas.com, Selasa (24/7/2018).
Abua menjelaskan, sebelumnya pada tahun 2017 lalu saat musibah kebakaran melanda wilayah Pulau Seram dan ikut membakar lahan pertanian suku Mausu Ane, Pemda Maluku Tengah telah meminta agar warga direlokasi.
Baca juga: Musibah Kelaparan Serang Warga Suku Terasing Mausu Ane di Pulau Seram
“Namun mereka menolak pindah dengan alas an tidak mau meninggalkan tanah-tanah mereka, dan mereka juga takut jangan sampai ada perusahaan yang masuk mengelola tanah mereka,” ujarnya.
Abua mengatakan, relokasi akan dilakukan jika ratusan warga suku terasing itu dapat menyetujui permintaan pemerintah daerah. Menurut Abua jika mereka setuju, maka pemda Maluku Tengah akan membuka akses kesehatan dan perumahan bagi warga.
“Tapi kendalanya mereka ini kan pola hidupnya nomaden, tidak tahu bahasa Indonesia jadi nanti kita tunggu hasil negosiasi Raja Maeno dengan mereka dulu,”ujarnya.
Bupati Abua sendiri tidak membantah bahwa tiga warga suku tersebut telah meninggal dunia akibat kelaparan. Dia juga mengaku bahwa saat ini Pemda Maluku Tengah sedang mempersiapkan bantuan darurat untuk didistribusikan kepada warga.
Baca juga: Tiga Warga Suku Terasing Meninggal karena Busung Lapar, 2 Balita
“Penanganan sudah jalan dan kita juga sedang menyiapkan bantuan bahan makanan dan obat-obatan untuk segera dibawa ke sana,” katanya.
Bencana kelaparan yang menyerang ratusan warga suku Mausu Ane ini telah terjadi sejak dua pekan terakhir setelah hasil perkebunan warga diserang hama. Akibat kejadian itu tiga orang warga dilaporkan meninggal dunia.
Warga suku Mausu Ane diketahui belum bisa berbahasa Indonesia maupun bahasa Ambon, mereka hidup secara nomaden dan hanya bisa ditemui melalui perantaraan Raja Maeno.