Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pergi ke Sekolah, Siswa di Pesisir Delta Mahakam Bertaruh Nyawa Berdesakan di Perahu Kecil

Kompas.com - 24/07/2018, 16:56 WIB
Kontributor Samarinda, Gusti Nara ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Kompas TV Setahun berlalu, tetapi jembatan di Desa Juwik. Bojonegoro, Jawa Timur masih belum diperbaiki usai ambruk diterjang banjir.

Ada pula Ahmad, siswa SDN 014 yang masih berusia 8 tahun. Anak laki-laki itu harus berlari sekencang mungkin mengejar kapal tumpangan untuk sampai ke sekolah. Menurutnya, sekolah adalah tempat paling ramai yang bisa dikunjungi. Selain belajar, sekolah juga adalah satu-satunya tempat bermain bersama kawan.

“Tidak pernah bermain bersama teman kalau di rumah, karena rumah teman semua terpisah laut. Tidak ada listrik, tidak ada siaran TV, jadi mainnya di sekolah saja,” katanya.

Sekolahan di Desa Tani Baru merupakan satu-satunya sekolah harapan dari dua desa paling ujung di Delta Mahakam, yakni Desa Tani Baru dan Desa Muara Pantauan.

Dulunya sekolah itu hanya bisa menampung puluhan anak dari dua SMP N 4 dan SDN 014. Namun karena kebutuhan adanya SMA, kepala SDN 014 terpaksa berjuang membangun SMA Filial di tempat yang sama.

Untuk menuju ke sana, diperlukan waktu 2,5 jam dari Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur. Harus melewati jalur laut lepas pantai yang menembus sungai menggunakan speedboat berkekuatan 200 PK. Jika menggunakan kapal klotok memerlukan waktu kurang lebih 4 jam.

Tetap semangat

Kepala SDN 014, Darta mengatakan, Nur Hayati, Yulianti dan Ahmad merupakan contoh anak-anak yang Delta Mahakam yang sangat ingin menyelesaikan wajib belajar 12 tahun. Semangat mereka tak pernah pupus.

Tidak seperti anak-anak perkotaan, anak-anak Delta Mahakam hidup dengan ekonomi menengah ke bawah.

“Anak-anak di sini, semangat pergi ke sekolah. Banyak teman bermain. Tidak seperti di kota, yang sudah kenal internet, nonton TV, atau jalan-jalan ke mal. Kalau di Delta Mahakam, jangankan mal, pasar tradisional saja tidak ada,” kata Darta, Senin (24/7/2018).

Baca juga: Peringati Hari Anak Nasional, Orangtua dan 36 Siswa SD yang Dikeluarkan Kembali Demo

Selama 24 tahun, Darta mengabdi di sekolah tersebut. Dia mengaku bangga dengan semangat bersekolah para siswanya. Meski jaraknya jauh, mereka pantang menyerah dan tetap semangat datang ke sekolah.

“Dulu pertama kali datang ke mari saya dan istri stres. Tapi saya lihat anak-anak ini semangat sekolah. Kalau bukan saya yang ngajarin, lalu mereka sekolah di mana. Akhirnya saya bertahan, dari tidak ada guru sama sekali hingga sekarang sudah ada 9 guru,” ujarnya.

Menurut dia, tantangan paling besar adalah mempertahankan sekolah itu untuk tetap ada. Kurangnya ruang kelas dan jumlah guru pengajar membuat Darta dan guru lainnya harus bergotong-royong.

Darta bahkan harus bolak-balik ke Kabupaten Kukar untuk meminta bantuan dana sekolah dan bangunan sekolah.

“Dulu sekolah ini tidak ada yang lirik. Pejabat kabupaten tidak mau datang dengan alasan jauh. Kami harus usaha minta sana minta sini. Sampai untuk bangunan pun, saya terpaksa harus minta tolong bantuan tenaga dari orangtua dan wali murid. Saya enggak punya uang untuk sewa tukang,” jelasnya.

Saat ini, Darta mengharapkan adanya bantuan ruang kelas tambahan dan rumah guru di sekolah itu. Siswa SMA Filial yang sedang dia perjuangkan tidak memiliki ruang kelas. SMA itu juga tidak punya guru tetap, karena tidak ada tempat tinggal yang layak.

“Kami butuh ruang kelas dan rumah. Sarana-prasarana sekolah sudah cukup. Komputer untuk latihan anak-anak dan tambak lingkungan sehat sebagai bahan belajar sudah ada. Pertamina Hulu Mahakam juga bangun jembatan yang membelah tambak untuk jalur lintasan siswa ke Dusun Muara Elo,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com