Dia mengatakan, mencari ikan dengan tangan kosong memiliki keuntungan karena hanya ikan berukuran besar bisa ditangkap. Jika menemukan ikan kecil pun dilepaskan.
Dia berharap tradisi bisa diteruskan hingga ke anak cucu.
"Setelah gogoh biasanya kami makan bersama-sama, inilah yang mempererat hubungan persaudaraan kami," katanya.
Ekosistem sungai
Pembina Maturka, Ahmad Fikri mengatakan, keberadaan Maturka berawal dari kegelisahan atas menurunnya ekosistem sungai. Pencegahan pencemaran sungai penting dilakukan bersama masyarakat. Dengan demikian, ekosistem sungai terjaga dan larangan keras penggunaan obat-obatan untuk menangkap ikan ditaati.
"Kami akhirnya sepakat melakukan edukasi bersama sehingga sungai bersih dan asyik bermain, bebas banjir," ucapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto menyatakan mendukung kegiatan ini. Sebab, diakuinya, banyak endapan di sungai kawasan Bantul menyebabkan sungai meluap.
Baca juga: Petik Edelweis di Merbabu, Pendaki Ini Dihukum Punguti Sampah
Pada bulan Agustus 2018 mendatang, pihaknya akan mengadakan sekolah sungai yang akan mengumpulkan komunitas pecinta sungai.
"Kalau di Bantul ada 9 komunitas pecinta sungai, dari Piyungan sampai Sedayu," katanya
Nantinya seluruh komunitas diajak untuk ikut bersama-sama menjaga sungai, sehingga kegiatan ini diharapkan bisa memberikan dampak signifikan terhadap ekosistem sungai.
"Mencegah pencemaran sungai harus dilakukan bersama, tidak bisa sendiri-sendiri. Makanya nanti ada pemetaan bersama, semua komunitas akan terlibat guna mengurangi pencemaran sungai di Bantul," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.