Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri PPN Soroti Ratusan Ribu Insinyur yang Masih Bekerja di Luar Profesinya

Kompas.com - 04/07/2018, 22:02 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyebutkan jika Indonesia kekurangan insiyur profesional. Padahal peran para insinyur profesional ini penting agar Indonesia tidak ketinggalan dalam bidang pengembangan teknologi. 

Data Bappenas menunjukkan, dari total 750.000 lulusan perguruan tinggi yang bergelar insinyur, hanya 9.000 lulusan yang berprofesi sesuai dengan bidang keilmuannya.

"Kira-kira angka kasarnya 750.000 total insinyur, yang masih dalam profesi insinyur hanya 9.000, jadi kebanyakan yah dia bekerja di luar profesinya sebagai insinyur," kata Bambang di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Rabu (4/7/2018).

Maksud bekerja dalam profesi insinyur ini, kata Bambang, bahwa insinyur bukan hanya sekedar gelar akademik dan sarjana, namun juga ada profesinya.

Baca juga: Indonesia Kekurangan Sipir untuk Awasi Napi di Lapas

"Nah itu yang kita lihat, insinyur lulusan fakultas teknik yang terus bekerja sebagai insinyur profesional," jelasnya.

Menurut dia, kurangnya profesi insinyur ini disebabkan oleh sejumlah hal. Misal, sebagian lulusan perguruan tinggi dibidang insinyur ini bekerja di bidang lain. Sebab lain, para lulusan insinyur tersebut tidak bisa berkarir dalam profesi insinyur tersebut.

"Dari pemerintah, juga kurang memperhatikan penghargaan yang cukup untuk profesi insinyur, baik dalam lapangan kerjanya maupun skema remunerasi. Jadi inilah hal-hal yang harus diperbaiki kalau kita ingin punya insinyur lebih banyak," ujarnya.

Menurut Bambang, sinergitas Perguruan Tinggi (PT), pemerintahan dan dunia usaha memiliki peran dalam mencetak para insinyur profesional ini.

"Sinergitas ini bertujuan agar Indonesia tidak tertinggal dalam keprofesian insinyur tekniknya untuk mengejar lompatan teknologi. Kita ingin Indonesia menjadi negara maju pada 2045," harapnya.

Baca juga: Perguruan Tinggi di Indonesia Kekurangan 38.000 Dosen Kesehatan

Kompas TV Ahli konstruksi menyoroti maraknya kejadian kecelakaan dalam proyek infrastruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com