Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Bekukan Organisasi Mahasiswa yang Diduga Berafiliasi dengan HTI

Kompas.com - 06/06/2018, 15:24 WIB
Agie Permadi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

"Nah kebetulan yang memang tidak sejalan dengan empat pilar kebangsaan kita Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, ya ini, satu organisasi ini yang namanya HATI. Yang punya kedekatan dengan HTI. HTI kan udah dibubarkan. HTI ini ujung-ujungnya selalu menyampaikan syiarnya untuk membentuk apa yang disebut negara khilafah," tutur Bermawi.

Baca juga: KPK: Bupati Purbalingga Minta Uang Rp 500 Juta untuk Loloskan Lelang

Pihak kampus, lanjutnya, melakukan pendekatan persuasif terhadap mahasiswa sangat diperlukan. Mahasiswa dipandangnya sebagai amanah yang diberikan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

"Mereka ini generasi masa depan, kalau ada satu dua yang harus diluruskan kami luruskan. Ini kewajiban kami," katanya.

"Kami lakukan pendekatan persuasif. Kami tegur, kami ingatkan. Jadi seperti itu. Kalau tidak bisa diingatkan tentunya nanti ada sanksi. Sebelum dia dipecat jadi mahasiswa tentunya ada tahapannya karena ini aset bangsa. Kalau masih bisa kita luruskan, kita luruskan," imbuhnya.

Bermawi menyebutkan, pernah ada salah satu mahasiswanya yang sempat viral karena mengikuti rapat HTI, mahasiswa S-2 ITB itu terang-terangan mendukung HTI. Namun, setelah menyebar luas, mahasiswa tersebut memahami kesalahannya dan meminta maaf.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut ITB menjadi salah satu perguruan tinggi nasional yang diduga terpapar radikalisme.

Menanggapi hal tersebut, Bermawi mengatakan berterima kasih terhadap BNPT yang telah memberikan masukan terkait adanya organisasi mahasiswa tersebut.

"HATI ini jadi pelajaran berharga buat ITB. Kami lebih berhati hati mengizinkan organisasi kemahasiswaan seperti HATI ini. Sebab, kegiatan diskusinya tidak konstruktif," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com