Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

Ramadhan dan Citra Politik dalam Pertarungan Pilkada Serentak 2018

Kompas.com - 18/05/2018, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bagaimana dengan media sosial? KPU dan Bawaslu memang melakukan pengawasan yang cukup ketat.

Persoalannya, seberapa efektif kedua lembaga tersebut mengawasi peredaran informasi yang dilakukan pendukung para calon melalui media sosial dan aplikasi tukar pesan (chatting)?

Data Survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017 yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 menunjukkan pola pengguna internet didominasi kedua hal tersebut: media sosial (87,13 persen) sementara chatting (89,35 persen).

Boleh saja jika kita menghibur diri pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo dan Polri melakukan patroli siber. Pada kenyataannya, pesan-pesan politis terkait Pilkada diam-diam marak menyebar melalui medsos dan chatting. 

Soal penanganan? Sudah dilakukan, namun menurut saya belum efektif.

Indikasinya mudah dan jika cukup sabar bisa dilakukan pelacakan isu yang beredar menggunakan social media analytic tools. Dengan alat tersebut, bisa dilihat dan dipetakan hal apa yang sedang terjadi di media sosial maupun media arus utama (mainstream) berbasis online.

Sebagai contoh, dengan menggunakan dua platform berbeda, dengan mudah bisa dilihat pergerakan isu ‘2019 Ganti Presiden’ yang mulai digulirkan pada 5 Maret 2018 dengan mayoritas tone negatif mulai memuncak pada 2 April dan terus didorong oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan isu tersebut menjadi narasi utama.

Baca juga: PDI-P Sebut Aksi Kaus #2019GantiPresiden Saat Debat Pilkada Blunder

Kembali tentang citra kesalehan yang saya bahas di awal, sejak awal masa kampanye, perebutan citra saleh personal bahkan sudah menjadi jualan utama. Simak saja bagaimana dukungan para pemimpin keagamaan diperebutkan contohnya tokoh agama tertentu diklaim mendukung paslon tertentu.

Saking sibuknya urusan klaim, di Pilkada Jawa Tengah (Jateng), keluarga seorang kiai dari wilayah Pantai Utara (Pantura) sampai perlu melakukan klarifikasi ke media massa karena klaim yang dilakukan salah satu paslon.

Sejumlah calon bahkan mendadak mengenakan pakaian yang identik dengan kesalehan. Dalam pilkada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tim sukses salah satu paslon bahkan terang-terangan mengulang jargon saleh yang pernah laku di Pilkada DKI: Coblos Pecinya dengan mengubahnya menjadi coblos kerudung!

Repotnya, kedua paslon yang bertarung pun kini sama-sama berkerudung!

Menariknya, narasi besar ‘2019 Ganti Presiden’ yang beredar secara nasional tersebut rupa-rupanya juga ikut turun ke Pilkada, khususnya di daerah yang didukung kelompok yang berkepentingan tersebut yaitu di Jateng dan Jawa Barat (Jabar).

Sebaliknya di Pilkada Jatim dan Sumatra Utara, narasi ‘2019 Ganti Presiden’ tidak muncul. Maklum saja, partai pendukung isu ‘2019 Ganti Presiden’ bukan dari pendukung calon yang berasal dari partai Presiden petahana.

Dalam kasus Jatim, salah satu calon wakil Gubernur malah keluarga dari Ketua Umum PDI Perjuangan yang didukung partai pengusung narasi ‘2019 Ganti Presiden’ sementara di Sumut, paslon mantan tentara didukung Partai Golkar dan Nasdem yang mendukung Presiden petahana.

Dengan peta dukungan partai di Pilkada yang rumit tersebut, maka pada Ramadan kali ini, akan menarik menyaksikan bagaimana kesalehan personal yang ditunjukkan oleh setiap paslon yang bertarung, untuk kemudian diamplifikasi melalui media sosial dan tentu saja via chatting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com