Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelangi Tak Pernah Satu Warna...

Kompas.com - 21/03/2018, 07:36 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Reni Susanti

Tim Redaksi


Film Pendek

Cerita tentang persahabatan antar pemain barongsai ini menjadi ide untuk pembuatan film pendek yang berjudul "Pelangi Tak pernah Satu Warna". Film berdurasi tujuh menit itu diputar saat Festival Imlek yang digelar 17 Maret 2018 di Klenteng Hoo Tong Bio.

Ranee, tim produksi kepada Kompas.com Selasa (20/3/2018) menjelaskan film "Pelangi Tak Pernah Satu Warna" bercerita tentang Slamet, anak seorang seniman Barong Using yang suka sekali dengan barongsai.

Slamet lalu bersahabat dengan anak-anak etnis tionghoa dan berlatih barongsai di klenteng. Tapi sayangnya keputusan Slamet untuk belajar barongsai ditentang ayahnya karena dianggap bukan kebudayaan dari leluhurnya.

Pada saat barongsai akan tampil, Slamet diminta rekan-rekannya untuk menggantikan sahabatnya Fung yang cidera saat latihan.

Awalnya, Slamet menolak karena takut kepada ayahnya. Namun dia kemudian menyanggupi walaupun ayahnya melarangnya. Karena jika tidak tampil, maka barongsai akan dimainkan karena kekurangan personil.

Pada saat tampil sebagai pemain barongsai, ayah Slamet datang untuk menonton. Dia tidak menyadari jika pemain barongsai yang lincah dan mendapat sambutan baik dari para penonton adalah Slamet anaknya.

Potongan film Pelangi Tak Pernah Satu Warna.KOMPAS.com/Ira Rachmawati Potongan film Pelangi Tak Pernah Satu Warna.

"Film Pelangi Tak Pernah Satu Warna memberi pesan bahwa perbedaan apapun itu seperti suku, ras, budaya, atau agama bukan untuk diperdebatkan. Tapi keberagaman itulah yang menjadikan indah seperti pelangi," tuturnya.

"Tidak ada pelangi satu warna. Pelangi itu banyak warna dan itu yang dimiliki oleh Indonesia. Dan kami ingin menyampaikan pesan itu lewatt film kepada masyarakat," jelasnya.

Sementara itu, Susana Indriarty (66), ketua (TITD) Hoo Tong Bio mengatakan, pemain barongsai bukan hanya dari etnis Tionghoa. Siapapun yang bergabung akan diterima dengan baik.

"Semua bisa bergabung. Kami tidak membatasi hanya golongan tertentu. Yang suka nonton barongsai bukan hanya etnis tionghoa saja kan," jelasnya sambil tersenyum.

Dia juga mendukung pembuatan film pendek yang mengangkat cerita tentang pemain barongsai. Bahkan, menurut perempuan yang akrab dipanggil Susan ini, banyak kegiatan yang dilakukan umat Tridharma Klenteng Hoo Tong Bio yang melibatkan masyarakat sekitar.

"Pada saat bulan Ramadhan kita rutin berbagi takjil untuk mereka yang berpuasa. Indonesia ini dibangun atas keberagaman untuk saling menghormati. Bersama-sama membangun Banyuwangi dan Indonesia. Saling mendokan agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan kuat," pungkasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com