"Pernah ada orang yang ingin 3 buah kerisnya dijadikan satu. Padahal itu keris tua peninggalan majapahit, tapi ya tidak apa-apa, yang penting tujuan kita baik," ucapnya.
Selain keris, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dirinya membuat peralatan pertanian seperti cangkul dan peralatan lainnya.
"Untuk membuat alat pertanian, alatnya berbeda dengan alat pembuat keris. Untuk keris masih tradisional, sementara yang pertanian sudah menggunakan blower. Yang tradisional panasnya merata," ucapnya.
(Baca juga : Keris, Ageman Raja hingga Investasi )
Ngadeni pun mengajak ke lokasi pembuatan keris miliknya yang berada di sisi utara rumahnya. Bangunan sederhana itu terdapat beberapa peralatan seperti palu dan penjepit.
Rata-rata peralatan tersebut warisan turun temurun miliknya, bahkan untuk lokasi pembakaran masih terdapat tulisan aksara Jawa. "Anak saya yang terakhir (dari 3 anaknya) namanya Rubiyo yang saya lihat sudah bisa membuat keris dengan bagus," imbuhnya.
Istri Ngadeni, Majenem menambahkan, dirinya tidak memiliki keris khusus yang dibuat suaminya. Sebagian karya suaminya dibeli orang Amerika, Belgia, dan Singapura. "Orang singapura datang langsung, beli dua keris," pungkasnya.
Keris sendiri ditetapkan sebagai salah satu benda cagar budaya warisan dunia oleh UNESCO pada 2006 lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.