MATARAM, KOMPAS.com - Menjelang pelaksanaan tapa brata penyepian atau hari raya Nyepi Hari di Tahun Baru Saka 1940 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (16/3/2018) sore digelar pawai ogoh-ogoh.
Sebanyak 128 ogoh-ogoh yang menggambarkan kekuatan roh jahat atau bhuta kala, diarak keliling Kota Mataram.
Ratusan masyarakat di Lombok yang mayoritas Muslim menyaksikan pawai ogoh-ogoh dengan antusias. Warga tumpah ruah di jalur utama kota Mataram. Mereka memadati jalan untuk menyaksikan arak-arakan ratusan buta kala atau roh jahat.
"Bagus ini, anak-anak saya suka. Mereka selalu lihat ogoh-ogoh tiap jelang nyepi, serem tapi suka” kata Neni, warga Karang Tapen, Mataram.
Pawai ogoh-ogoh di Lombok adalah wujud rasa toleransi dan kebersamaan antar-umat beragama di "Pulau Seribu Masjid" ini.
(Baca juga: Perayaan Nyepi Tahun 2018 Akan Digelar di Candi Prambanan)
Masyarakat menyaksikan arak-arakan ogoh-ogoh dengan gembira. Apalagi, para pengusung ogoh-ogoh sangat bersemangat dan gembira saat mengarak dan berkeliling di sepanjang jalan utama kota Mataram.
Mereka mengusung perwujudan bhuta kala atau roh jahat itu, seolah-olah hidup dan menakut-nakuti manusia. Iringan gamelan menambah suasana semarak.
Pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di Lombok tidak hanya milik umat Hindu, namun juga mayoritas penduduk yang beragama Islam.
Pawai ogoh-ogoh sudah menjadi tontonan budaya yang menarik dan menjadi milik semua warga dari segala lapisan usia.
"Saya datang bersama keluarga. Kami suka ini karena membuat kami gembira. Bhuta kala-nya tidak seram tapi seru, beragam ogoh-ogohnya. Semakin kreatif," kata Satra, warga Narnada Lombok Barat.