Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyu Berukuran Raksasa Ditemukan di Tanjung Keluang

Kompas.com - 12/03/2018, 19:04 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Seekor penyu betina berukuran raksasa dievakuasi ke Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Keluang oleh tim Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Senin (12/3/2018).

Agung Widodo, Kepala SKW II BKSDA Kalimantan Tengah menuturkan, penyu hijau (chelonia midad) itu, ditemukan warga pesisir Kabupaten Kotawaringin Barat. Penyu itu terjaring pukat warga yang banyak terpasang di dekat pantai.

Mendapat penyu superbesar itu, warga itu hendak menjualnya. Namun, oleh seorang anggota polisi yang ditawari satwa yang dilindungi, penyu itu kemudian diserahkan ke BKSDA SKW II yang berkantor di Pangkalan Bun.

"Berat penyu itu 127 kilogram. Dengan panjang cangkang 107 centimeter, dan lebar 94 centimeter. Usia diperkirakan 60 tahun," jelas Agung.

(Baca juga : Alasan Peneliti Paksa 150 Anak Penyu Berjalan di Atas Treadmill )

Agung menuturkan, belakangan ada kecenderungan peningkatan penyu besar yang habitatnya di laut dan pantai itu bersinggungan dengan warga. "Dalam seminggu ini saja sudah dua kasus," lanjutnya.

Jangan Dikonsumsi

Hingga kini, masih ada masyarakat yang berburu satwa langka ini, terutama telurnya. "Ada beberapa masyarakat pantai yang mengonsumsi telurnya, berusaha memperdagangkan ini," tutur Agung.

Agung mengingatkan, seharusnya penyu tidak boleh dikonsumsi. Ia menyebut mengonsumsi penyu atau telurnya baik bagi kesehatan hanya mitos belaka.

"Sudah banyak penelitian, ini tidak baik, telur atau dagingnya. Sistem metabolisme penyu tak sebaik ikan, yang bisa menyerap polutan," beber Agung.

"Banyak contoh kasus orang meninggal gara-gara mengonsumsi penyu. Ada kasus di Mentawai 4 orang sekeluarga mati setelah mengonsumsinya," lanjut Agung.

Kompas TV Komunitas Sahabat Penyu Pantai Mampie terus melakukan upaya penyelamatan biota langka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com