Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Anak Meninggal Tertimbun Longsor di Purbalingga

Kompas.com - 23/02/2018, 20:35 WIB
Iqbal Fahmi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Kompas TV Satu jenazah dari belasan korban hilang akibat tanah longsor di Kabupaten Brebes Jawa Tengah kembali temukan Jumat (23/2/2018) siang.

Kajian Geologis

Pasca-longsor yang terjadi Kamis (22/2/2018) malam, Camat Karangjambu, Slamet Pribowo berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Jingkang mendata rumah rawan longsor. Slamet menyebut, sedikitnya ada dua rumah yang saat ini telah diungsikan ke balai desa.

Sementara Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, Setiadi mengaku akan mengkaji arahan bupati untuk merelokasi rumah korban.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan tim ahli untuk mengukur, tindakan apa yang perlu dilakukan bagi rumah-rumah yang diasumsikan rawan terdampak longsor.

Ketua Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Siswandi Kastari mengatakan, secara geologis, kondisi topografi wilayah Desa Jingkang berupa perbukitan dengan lereng yang terjal.

 

(Baca juga : BNPB: Tanda-tanda Longsor Brebes Sudah Ada Dua Pekan Sebelumnya)

Secara komposisi batuan, sambung Siswandi, karakter permukaan Desa Jingkang cenderung ideal. Dalam arti, formasi batuan gunung api relatif telah stabil.

“Variabel yang paling berpengaruh dalam sejumlah insiden tanah longsor di Desa Jingkang adalah curah hujan yang tinggi. Air hujan yang mengisi lapisan tanah di atas batuan itu membuat beban semakin berat. Sifat padatnya (tanah) berubah menjadi cair, itu yang kemudian longsor,” jelasnya.

Terkait keamanan lokasi, Siswandi merekomendasikan untuk mengkaji detail secara teknis. Artinya, secara geologi sebenarnya lokasi itu masih cukup aman atau sudah tidak layak huni.

Jika dinilai masih aman, maka cukup dilakukan penanganan khusus di sekitar tegakan tanpa perlu relokasi.

Ada treatment geoteknik dengan perbaikan kelerengan berupa memotong lereng, perbaikan drainase, dan saluran air yang mengurangi infliltrasi atau penyerapan air ke tanah.

“Kalau memang tidak kondusif lagi, cari daerah baru yang memiliki kondisi lebih baik dan aman. Lokasi baru itu, secara kebencanaan bukan titik kerawanan. Juga ada sarana pendukung kehidupan seperti air yang cukup diakses, jalan, dan fasilitas kehidupan lain seperti listrik,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com