Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Anak Meninggal Tertimbun Longsor di Purbalingga

Kompas.com - 23/02/2018, 20:35 WIB
Iqbal Fahmi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PURBALINGGA, KOMPAS.com- Nasib tragis menimpa keluarga besar Solihin (45), warga Desa Jingkang, RT 3 RW 4, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Kamis (22/2/2018), yang seharusnya menjadi malam tasyakuran hajatan pernikahan putra sulungnya, seketika berubah menjadi duka berkabung tatkala longsor menerjang rumahnya.

Sekitar 17 tamu undangan yang menghadiri malam tasyakuran dilanda kepanikan saat tiba-tiba listrik rumah Solihin padam. Di tengah hujan deras, kepanikan semakin menjadi ketika suara gemuruh dari arah belakang rumah menghentak para tamu yang hadir.

Salah satu tamu undangan, Sohimin (38) menceritakan, sekitar pukul 21.05 WIB, tebing tanah setinggi 15 meter di belakang rumah Solihin ambrol. Hanya dalam beberapa tarikan nafas, material tanah lumpur langsung meluluhlantakkan tembok dan merangsek ke dalam rumah.

“Saya berhasil menyelamatkan diri, tapi separuh undangan yang lain tertimbun tanah dan tembok yang ambruk,” katanya.

(Baca juga : Foto-foto Terkini di Lokasi Longsor Brebes, 13 Orang Masih Hilang )

Korban lain, Damin (30) mengungkapkan, jerit tangis dan teriakkan para korban yang terjebak di bawah longsoran memecah keheningan.

Proses evakuasi berlangsung dramatis. hanya dibantu kilat cahaya petir, para warga yang selamat berusaha menolong sanak saudara dan tetangga dengan menggunakan tangan kosong.

Enam korban antara lain, Sahrudin (55), Sohimin (38), Ruslan (25), Ojan (16), Sarip (35), dan Karsun (16) dievakuasi dalam kondisi hidup.

Beberapa korban yang mengalami luka berat dievakuasi ke balai desa dan saat ini telah mendapatkan penanganan medis RSUD Goeteng Taroenadibrata.

Namun naas, empat anak dari para tamu undangan yang sebelumnya tengah tidur di kamar belakang tak dapat diselamatkan.

Keempat korban yakni Al Karomi (7), Safangatul Isman (3), Abdul Roup (11), termasuk Sifaul Umam yang sedianya akan dikhitan bersamaan dengan pernikahan kakaknya esok lusa. Keempatnya ditemukan meninggal dunia tertimbun material longsor.

(Baca juga : Longsor Brebes, 245 Warga Diungsikan Cegah Musibah Susulan )

Semua korban tewas yang masih anak-anak ini disemayamkan di Balai Desa Jingkang yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi kejadian. Jerit tangis pecah menjelang pemberangkatan jenazah keempat korban menuju pemakaman.

Salah satu ibu korban, Ibu Sukimin menangis histeris dan nyaris pingsan di pelukan Bupati Purbalingga, Tasdi, saat jenazah buah hatinya, Abdul Roup hendak dibawa ke pemakaman, Jumat (23/2/2018). “Aku ingin meluk terakhir anakku,” ratap Sukimin.

Bupati meminta rumah korban direlokasi ke tanah yang lebih aman. Dia berencana untuk menempatkan rumah Solihin di kompleks relokasi Dukuh Gelangbaru yang sebelumnya pernah menjadi korban bencana tanah longsor.

“Desa Jingkang dan beberapa desa lain di wilayah Kecamatan Karangjambu, memang daerah rawan bencana. Saya sudah instruksikan agar lokasi rumah korban dikosongkan dan rumah direlokasi ke tempat yang lebih aman,” ungkap Tasdi.

Kajian Geologis

Pasca-longsor yang terjadi Kamis (22/2/2018) malam, Camat Karangjambu, Slamet Pribowo berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Jingkang mendata rumah rawan longsor. Slamet menyebut, sedikitnya ada dua rumah yang saat ini telah diungsikan ke balai desa.

Sementara Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, Setiadi mengaku akan mengkaji arahan bupati untuk merelokasi rumah korban.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan tim ahli untuk mengukur, tindakan apa yang perlu dilakukan bagi rumah-rumah yang diasumsikan rawan terdampak longsor.

Ketua Jurusan Geologi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman, Siswandi Kastari mengatakan, secara geologis, kondisi topografi wilayah Desa Jingkang berupa perbukitan dengan lereng yang terjal.

 

(Baca juga : BNPB: Tanda-tanda Longsor Brebes Sudah Ada Dua Pekan Sebelumnya)

Secara komposisi batuan, sambung Siswandi, karakter permukaan Desa Jingkang cenderung ideal. Dalam arti, formasi batuan gunung api relatif telah stabil.

“Variabel yang paling berpengaruh dalam sejumlah insiden tanah longsor di Desa Jingkang adalah curah hujan yang tinggi. Air hujan yang mengisi lapisan tanah di atas batuan itu membuat beban semakin berat. Sifat padatnya (tanah) berubah menjadi cair, itu yang kemudian longsor,” jelasnya.

Terkait keamanan lokasi, Siswandi merekomendasikan untuk mengkaji detail secara teknis. Artinya, secara geologi sebenarnya lokasi itu masih cukup aman atau sudah tidak layak huni.

Jika dinilai masih aman, maka cukup dilakukan penanganan khusus di sekitar tegakan tanpa perlu relokasi.

Ada treatment geoteknik dengan perbaikan kelerengan berupa memotong lereng, perbaikan drainase, dan saluran air yang mengurangi infliltrasi atau penyerapan air ke tanah.

“Kalau memang tidak kondusif lagi, cari daerah baru yang memiliki kondisi lebih baik dan aman. Lokasi baru itu, secara kebencanaan bukan titik kerawanan. Juga ada sarana pendukung kehidupan seperti air yang cukup diakses, jalan, dan fasilitas kehidupan lain seperti listrik,” katanya.

Kompas TV Satu jenazah dari belasan korban hilang akibat tanah longsor di Kabupaten Brebes Jawa Tengah kembali temukan Jumat (23/2/2018) siang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com