NUNUKAN, KOMPAS.com – Ketua dan sejumlah anggota DPRD Nunukan langsung mengunjungi sekolah dasar (SD) filial di wilayah perbatasan Desa Samaenre Semaja, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, seusai mendapat laporan dari kepala desa setempat saat kegiatan Musrenbang, Rabu (7/2/2018).
Sekolah yang dilaporkan hanya mempunyai satu guru tersebut berada di tengah kebun sawit, di mana bangunan sekolah hanya sebuah bangunan sederhana yang cuma memiliki dua ruangan.
Ketua DPRD Nunukan Dani Iskandar mengaku terenyuh dan terharu dengan perjuangan satu-satunya guru yang sedang hamil tua tersebut untuk tetap bertahan memberi pelajaran kepada siswa.
"Kami terenyuh melihat langsung keadaan sekolah yang menampung anak-anak eks TKI dari Malaysia ini," ujar Dani, Jumat (9/2/2018).
Baca juga: Kisah Pilu di Sekolah Perbatasan Nunukan, 1 Guru untuk 1 Sekolah
Untuk menuju ke sekolah yang berada di tengah kebun sawit tersebut, rombongan anggota Dewan harus berjibaku dengan jalan yang berlumpur. Mobil yang ditumpangi rombongan beberapa kali sempat tergelincir karena jalan yang licin setelah semalam diguyur hujan.
"Tujuannya kami melihat langsung keadaan sekolah, apa yang dibutuhkan dalam waktu dekat karena tidak lama lagi siswa kelas VI ujian," imbuh Dani.
Rombongan DPRD Nunukan yang tiba di sekolah itu langsung disambut dengan nyanyian "Indonesia Raya" oleh puluhan siswa. Susi Susanti, satu-satunya guru yang bertahan mengajar di sekolah tersebut, mengaku senang dengan kunjungan ketua Dewan. Dia pun menyampaikan kekhawatiran terhadap nasib siswa kelas VI yang sebentar lagi akan ujian.
"Dua bulan lagi saya akan melahirkan, anak-anak ujian bulan 4 atau 5. Saya berharap Dewan punya solusi," kata Susi.
Mengetahui mendesaknya kebutuhan guru di sekolah filial tersebut, DPRD akan memanggil Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk membahas permasalahan itu. Dani memastikan bahwa sekolah harus mendapat tambahan guru secepatnya agar siswa kelas VI bisa mempersiapkan ujian sekolah dengan baik.
“Selain guru, masih ada kebutuhan ruang kelas, papan tulis, dan bangku sekolah yang dibutuhkan. Ini saja dua hari sudah tidak menulis karena kapur tulisnya habis,” tutur Dani.
Baca juga: Tak Ada Bangku Sekolah, Siswa SD di Perbatasan Nunukan Belajar di Lantai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.