Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perempuan di Balik Suvenir Asian Games 2018

Kompas.com - 09/02/2018, 17:15 WIB
Muhlis Al Alawi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Mendapatkan kepercayaan membuat suvenir Asian Games 2018, Retno tak main-main. Apalagi karya seni yang dibuat nantinya akan dipersembahkan untuk tamu-tamu Indonesia dalam Asian Games yang digelar di Palembang.

"Pengerjaannya harus sempurna benar karena ditujukan kepada berbagai negara. Jadi hasil karyanya harus halus, sempurna dan ukuran harus sama tidak boleh selisih satu milimeter pun," kata Retno.

Untuk mengerjakan suvenir itu, Retno dibantu Sujoko, suaminya, dan sepuluh pengrajin wayang. Pasalnya, bila sendirian dia tak mungkin menyelesaikannya dalam waktu sebelum.

"Kalau saya kerja sendiri dengan waktu satu bulan tidak akan bisa terselesaikan. Dua minggu untuk persiapan bahan dan sisanya dua minggu pengerjaan dan finisihing. Waktu itu pun mepet dan seperti kejar tayang. Sampai saya lembur dan kurang tidur," tandas Retno.

(Baca juga: Mobil Unik Bermuka Dua Ditilang Polisi di Bandung)

Untuk membuat suvenir dan undangan, Retno tidak kesusahan mencari bahan. Kesehariannya sebagai pengrajin wayang dan sudah memiliki banyak pelanggan memudahkannya mendapatkan bahan-bahannya.

Kampung Wayang

Retno bercerita kelihaian membuat wayang sudah diturunkan dari orangtuanya. Bahkan warga satu kampung di dusunnya sudah turun temurun menjadi pengrajin wayang hingga akhirnya dinobatkan sebagai kampung wayang.

Dia pun tak hanya ahli membuat wayang saja. Lukis wayang pada kaca, kanvas hingga membuat baju dengan tema wayang beber juga menjadi keseharian pekerjaannya.

Ketekunannya berkarya dalam seni pembuatan wayang kulit juga menjadikan dirinya banyak mendapatkan pesanan dari luar negeri. Untuk harganya, satu suvenir paling murah berupa pembatas buku dan gantungan kunci senilai Rp 10.000. Karya lainnya, seperti Gunungan dijual mulai Rp 2,5 juta hingga puluhan juta rupiah.

"Semua tergantung pesenan dan modifikasinya. Kalau lukisan tidak terbatas bisa sampai dua puluh jutaan rupiah," ungkap Retno.

Retno menambahkan selain jadi sentra pengrajin wayang kulit, lanjut dia, kampung halamannya juga menjadi salah satu destinasi wisata wayang. Wisatawan dapat menyaksikan proses pembuatan wayang dari awal hingga akhir.

Untuk pengrajin wayang yang profesional di kampung halamannya, Retno memperkirakan mencapai 50 orang. Bahkan untuk memberikan pengetahuan kepada anak, seni kerajinan wayang kulit sudah masuk pada mata pelajaran mmuatan lokal di SD dan SMP.

 

 

Kompas TV Keterbatasan fisik tidak menghambat seorang penyandang disabilitas di kota Malang Jawa Timur untuk berkarya. Bahkan kini sudah dipasarkan hingga ke luar kota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com