Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rp 100 Juta Saya Bayar Tunai dari Uang Halal Tanam Cabai"

Kompas.com - 03/02/2018, 16:33 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Raut wajah Suhartini, seorang warga Desa Bengkak Kecamatan Wongsorejo terlihat bingung saat bertemu dengan pihak PT Solusi Balad Lumampah (SBL) Banyuwangi di salah satu rumah makan Sabtu (3/2/2018).

Dia terlihat berbincang serius dengan dua kerabatnya yang juga datang ke acara tersebut untuk mempertanyakan kejelasan nasibnya. Apalagi Suhartini sudah membayar tunai Rp 100 juta pada tahun 2015 untuk biaya haji plus bagi dia dan suami lewat PT SBL Banyuwangi.

"Rp 100 juta saya bayar cash dari uang halal tanam cabai bertahun-tahun. Saya daftar sudah tahun 2015 lalu dan dijanjikan berangkat tahun 2018 ini," jelas Suhartini kepada Kompas.com Sabtu (3/2/2018).

Ia mengaku percaya dengan PT SBL karena sebelumnya pernah berangkat umroh dengan travel tersebut pada tahun 2016 dan tidak mengalami masalah. Menurutnya, dia baru tahu jika PT SBL bermasalah dari televisi dan perbincangan orang-orang disekitarnya.

"Jujur saya khawatir apakah jadi berangkat haji atau nggak. Dan saat tanya kesana kesini tetap tidak ada kepastian. Tapi saya optimis untuk tetap berangkat karena saya yakin uang saya halal. Saya kumpulkan rupiah demi rupiah dari hasil saya tani. Tau kan bagimana beratnya jadi petani," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Menurutnya, oleh pihak PT SBL Banyuwangi, dia disarankan untuk refund atau membayar uang tambahan sebesar Rp 9 juta rupiah per orang jika tetap ingin diberangkatkan.

"Saya bingung. Jika refund cairnya kapan juga nggak jelas. Kalaupun diminta untuk bayar biaya tambahan saya juga nggak mau. Soalnya katanya biaya tambahan untuk meringankan pihak PT tapi kok ya dibebankan kepada jamaah," jelasnya.

Sementara itu, Hari salah satu jamaah asal Kecamatan Banyuwangi, kepada Kompas.com mengaku sudah membayar tunai Rp 38 juta, dengan perincian Rp 27 juta untuk biaya umrah atas nama ibunya, satu juta untuk pembuatan pasport dan 10 juta sebagai uang muka umrah atas namanya sendiri.

"Rencananya jika ada kepastian berangkat saya akan selesaikan kekurangan biaya atas nama saya karena yang terpenting ibu berangkat dulu. Dijanjikan Desember, lalu Januari dan sekarang katanya berangkat Maret. Nggak jelas," katanya.

Sementara itu Kepala Kantor Cabang PT SBL Banyuwangi, Tulus Adi Surendra (40) kepada Kompas.com mengaku akan tetap bertanggung jawab atas nasib jamaah yang belum berangkat.

Menurut Tulus, ada 120 jamaah umrah yang akan diberangkat pada tahun 2018 hanya saja emang ada perubahan jadwal.

"Saya akan tetap bertanggungjawab sambil menunggu perkembangan yang ada di kantor pusat. Saya tidak akan lari apalagi saya asli dari Banyuwangi," katanya.

Sebelumnya diberitakan, polisi menetapkan AJW, direksi sebuah perusahaan penyelenggara Ibadah haji Plus dan Umrah PT Solusi Balad Lumampah (SBL) dalam kasus penipuan, pencucian uang dan tindak pidana penipuan penyelenggaraan haji yang telah merugikan para jemaah haji dan umrah hingga miliaran rupiah.

PT SBL telah menerima pendaftaran calon jemaah umrah sebanyak 30.237 orang dan calon jemaah haji plus sebanyak 117 orang dan berhasil mengumpulkan dana kurang lebih sebesar Rp 900 miliar.

Dari total calon jemaah umrah yang sudah mendaftar baru sekitar 17.383 orang yang sudah diberangkatkan. Sisanya sebanyak 12.645 orang calon jemaah umrah belum diberangkatkan.

Dari total jemaah yang belum diberangkatkan ini, PT SBL telah menerima uang sekitar Rp 300 miliar.

PT SBL juga menerima pemberangkatan haji plus sebanyak 117 orang, padahal PT SBL tidak memiliki izin penyelenggara haji plus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com