Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajari Perdamaian, Delegasi Afganistan Kunjungi Aceh

Kompas.com - 25/11/2017, 17:14 WIB
Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Ingin mengetahui lebih banyak proses perdamaian Aceh pascakonflik, pegiat perdamaian di Afganistan berkunjung ke Aceh.

Kunjungan yang difasilitasi oleh Berghof Foundation Jerman ini bertujuan mempelajari langkah-langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sehingga bisa lahir perjanjian damai di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005.

Delegasi Tinggi dari Afghanistan tersebut ingin menggali informasi dari para pihak yang terlibat dalam proses perdamaian di Aceh, terutama juru runding yang melahirkan MoU Helsinki.

Asisten Administrasi Umum Pemerintahan Aceh Saidan Nafi, menyebutkan, kunjungan delegasi Afganistan ke Aceh merupakan langkah yang sangat tepat, karena penyelesaian konflik Aceh merupakan salah satu yang paling cepat di dunia, setelah mengalami konflik lebih dari 30 tahun.

Dia menceritakan, saat itu, konflik berkepanjangan di Aceh telah banyak membawa penderitaan bagi masyarakat dan berakibat pada terhambatnya pembangunan.

"Hal ini mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan yang berpengaruh pada rendahnya kualitas hidup masyarakat,” uar Saidan Nafi, Sabtu (25/11/2017).

Tak ingin kondisi terus berlarut, akhirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia sepakat untuk membangun dialog guna menciptakan perdamaian.

Dialog antara GAM dan pemerintah Indonesia itu telah dirintis berkali-kali dan mulai memasuki tahap intensif sejak tahun 2002.

Keinginan untuk berdamai makin didorong setelah musibah Tsunami melanda sebagian besar wilayah Aceh pada tahun 2004.

Bencana tersebut memakan korban sebanyak 200 ribu jiwa dan menimbulkan kerugian mencapai puluhan triliun rupiah.

Kondisi itu mendorong GAM dan Pemerintah Indonesia semakin intensif membicarakan perdamaian karena kedua pihak meyakini bahwa tanpa perdamaian, tidak mungkin proses recovery Aceh dapat dilakukan.

“Akhirnya pada 15 Agustus 2005, secara resmi GAM dan Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian damai di Helsinki. Sejak saat itu, perubahan besar mulai terjadi di Aceh hingga akhirnya Aceh dapat terus berkembang seperti saat ini,” sebut Saidan Nafi.

Setelah perjanjian damai, pembangunan Aceh semakin meningkat, perdamaian semakin menguat dan ekonomi masyarakat mulai menunjukkan perbaikan yang menjanjikan.

Hal ini berpengaruh pada jumlah kunjungan wisatawan internasional yang semakin meningkat.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak delegasi dari sejumlah negara, diantaranya Myanmar, Filipina, Thailand, India dan Khasmir, serta beberapa negara Afrika datang untuk mempelajari perdamaian di Aceh.

"Meski sejarah konflik Aceh tidak sama dengan konflik Afghanistan, ada beberapa metode yang bisa dijadikan pembelajaran," ungkap Saidan.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut para mantan juru runding perdamaian Aceh yang terlibat langsung saat proses dialog di Helsinki pada tahun 2005, di antaranya Bakhtiar Abdullah, Nur Juli, Shadia Marhaban dan Munawar Liza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com