Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilot Perempuan Afganistan yang Akhiri Perjalanan Keliling Dunia di Bali

Kompas.com - 16/08/2017, 19:28 WIB
Kontributor Bali, Robinson Gamar

Penulis

KUTA, KOMPAS.com - Kapten Shaesta Waiz, pilot komersil perempuan pertama asal Afganistan, mengakhiri rangkaian solo flight keliling dunia dengan mendarat di Bandara International Ngurah Rai, Bali, Rabu (15/8/2017) malam.

Dengan menggunakan pesawat tipe 2001 Bee Bonanza A36 bernomor registrasi N364ER, perempuan 39 tahun ini telah terbang melintasi 3 benua selama 3 bulan.

Saat ditemui di Hotel Discovery Kartika Plaza, Kuta, Kamis (16/8/2017) siang, Shaesta menceritakan pengalamannya keliling dunia.

Dia mengawali perjalanannya dari Amerika Serikat kemudian menuju Kanada, Puerto Riko, Spanyol, Inggris, Italia, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, kemudian menuju Srilanka, Thailand, Malaysia, Singapura, dan berakhir di Bali-Indonesia.

Lantas apa yang mendorong Shaesta terbang keliling dunia?

Dia menuturkan, salah satu motivasi besarnya adalah ingin menginspirasi kaum muda, terutama perempuan.

"Senang bisa bertemu banyak orang di sini apalagi terbang ke seluruh dunia. Semua untuk menginspirasi banyak orang, terutama wanita-wanita muda," kata Shaesta.

(Baca juga: Berita Foto: N219 Terbang Perdana dengan Pilot Esther Gayatri Saleh)

Selain menginspirasi, terbang keliling dunia juga merupakan bagian dari rencana Shaesta meraih gelar master di bidang penerbangan.

Shaesta menuturkan, salah satu pengalaman paling menarik adalah saat melintasi Samudera Atlantik. Sebelum melintas, pesawatnya dihadang badai salju selama beberapa menit.

Begitu memasiki samudera, sejauh mata memandang, yang terlihat hanya hamparan biru laut lepas. Tidak terlihat pulau, kapal atau aktivitas manusia.

"Setelah menembus salju, saya melihat sekeliling di atas Atlantik, semuanya lautan. Tidak ada kapal apa pun, benar-benar merasa sendiri, hanya ada air yang saya lihat," kata Shaesta.

Dulu saat masih kecil, dia hanya melihat peta dan membaca buku tentang tempat-tempat yang dikunjunginya sekarang. Shaesta kecil sendiri lahir dari keluarga imigran Afganistan.

Shaesta hijrah ke Amerika Serikat pada usia satu tahun sebagai pencari suaka. Dia hidup di lingkungan keluarga yang sangat religius.

Dalam tradisi keluarganya, seorang anak perempuan didorong untuk cepat menikah dan tinggal di rumah melayani keluarga dan suami. Pertama kali dia melihat pesawat, Shaesta mengaku heran alasan besi bisa terbang. apakah tidak takut jatuh.

"Waktu kecil saya sebenarnya orang yang takut sendiri," kenang Shaesta.

Semuanya berubah ketika usianya menginjak 18 tahun. Ketika itu, untuk pertama kalinya, dia naik pesawat terbang.

Setelah naik pesawat, dia membulatkan tekad menjadi seorang pilot. Bahkan dirinya disebut sebagai perempuan kedelapan yang bisa keliling dunia dengan pesawat.

"Saat pertama kali naik pesawat saya langsung putuskan bahwa saya harus bisa jadi seorang Pilot," kata Shaesta.

 

 

Kompas TV Penerbangan Perdana Pesawat Karya Anak Bangsa N219
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com